Oleh: Zainul Muslimin
Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
PWMU.CO – Allah Swt selalu menghadirkan ciptaannya dalam keadaan berpasang-pasangan, ada menangis ada tertawa, ada baik ada buruk, ada positif ada negatif.
Begitu juga manusia ada yg beriman ada yg kufur. Ada bangsa yg religius ada yg sekuler.
Seringkali ada yang bertanya kenapa bangsa-bangsa yang religius justru dalam kehidupan kesehariannya penuh dengan manipulasi dan tindak korupsi, serta punya karakter tidak jujur.
Tidak cukup kuat memegang janji bahkan tidak amanah. Sebaliknya penduduk negara-negara yang “tidak mengenal agama” justru malah malu ketika melakukan hal-hal yang negatif.
Kenapa?
Seringkali muncul kondisi seperti itu karena bangsa yang beragama *lebih mengedepankan ritual tapi miskin nilai,* mereka melakukan ritual pribadi tetapi miskin ritual sosial kemanfaatan kemasyarakatan. Bahkan yang lebih parah keber-agamaannya justru melahirkan kesombongan & keangkuhan pribadi sekaligus menegasikan yang lain.
Punya pandangan *”hanya aku yang baik yang paling berhak mewarisi surga sedang yang lain tidak”.*
Yang dilakukan miskin nilai moral kemasyarakatan, baik nilai-nilai etika maupun nilai-nilai kemaslahatan sosial. Jauh dari karakter tasamuh dan tawazun, sikap dan karakter yang toleran dan adil dalam nemandang berbagai hal.
Padahal puncak keberagamaan seseorang, puncak keshalihan itu ketika kita mampu mendahulukan orang lain padahal semestinya kita saat itu juga butuh, kita suka menolong kesulitan orang lain padahal hidup kita sejatinya juga sedang tidak mudah, kita suka memberi orang lain baik kondisi kita sedang lapang maupun sempit.
Akan beda ketika sebuah bangsa yang justru mengedepankan adab dan nilai luhur budaya bangsanya. Sehingga “tanpa ritualitas agama”, mereka tetap menjunjung nilai-nilai moral dan etika, nilai-nilai yang menjaga kemaslahatan manusia dan semua makhluk di muka bumi.
Mereka nampak punya perilaku yg kuat menjaga kelestarian alam, perilakunya jauh dari pengrusakan alam. Perilakunya terjaga dari merusak dan merugikan orang lain.
Ada baiknya kita menoleh serta fokus melihat dan menghitung diri. Adakah yang kita lakukan semata-mata hanya menumpuk pahala diri dari ritual pribadi yg kita lakukan atau secara simultan puncak ritualitas kita bisa menghadirkan kemaslahatan umat manusia, melahirkan etika moral yg tinggi yang akan membentuk budaya bangsa yg luhur.
Tetap semangat berbagi manfaat.
Bismillah.
Editor Azrohal Hasan