PWMU.CO – Pakar Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Dewan Pakar Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum meraih penghargaan sebagai Tenaga Ahli dalam penyusunan Naskah Memori Kolektif Bangsa melalui Arsip Pembangunan Tugu Pahlawan, Sabtu (17/08/2024).
Penghargaan ini ia dapatkan dari Wali kota Surabaya dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia. Pria yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga ini mengaku bahwa penghargaan yang saat ini ia dapatkan merupakan penghargaan ketiga dari Wali kota Surabaya.
“Dulu mendapat penghargaan sebagai pelestari cagar budaya. Kedua, sebagai penyusun ensiklopedi sejarah dan budaya Surabaya lalu yang terakhir penghargaan ini. Tentu saja saya senang, karena ini adalah pengakuan bagi keilmuan dan profesi saya sebagai seorang dosen. Penghargaan terakhir ini untuk penyusunan naskah memori kolektif bangsa terkait dengan pengajuan Arsip Pembangunan Tugu Pahlawan,” tuturnya.
Dalam melakukan penyusunan naskah, Prof Purnawan tidak sendirian sebab ia dibantu oleh dua dosen FIB lainnya, yaitu Kukuh Yudha Karnanta SS MA dan Sarkawi B Husain SS MHum.
“Alhamdulillah, pengajuan itu kemudian disahkan oleh pemerintah Indonesia. Arsip Tugu Pahlawan disahkan sebagai memori kolektif bangsa. Penghargaan ini merupakan bagian dari kontribusi para ahli di Fakultas Ilmu Budaya kepada Pemerintah Kota Surabaya khususnya dan kepada Bangsa Indonesia umumnya,” ujarnya.
Prof Purnawan juga menegaskan bahwa penyusunan dan pengajuan naskah memori kolektif bangsa semacam ini bertujuan untuk memberikan nilai guna terhadap arsip dari lembaga manapun.
“Arsip itu jangan sampai hanya sebagai tumpukan kertas. Oleh karena itu, kita ingin menunjukkan kalau arsip itu sesuatu yang penting baik untuk penelitian atau kepentingan sosial yang lain,” tegasnya.
Prof Purnawan juga berharap agar keilmuan serta keahliannya dalam bidang sejarah ini dapat bermanfaat dan membantu banyak orang.
“Yang paling penting adalah tenaga dan pikiran saya itu bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang membutuhkan. Jadi, saya punya keahlian dalam bidang sejarah maka siapapun yang membutuhkan keahlian saya silakan dimanfaatkan,” pungkasnya. (*)
Penulis Ni’matul Faizah Editor Azrohal Hasan