Oleh: Muhsin MK – Pegiat Sosial
PWMU.CO – Bila dia digugat tentu akan kalah di pengadilan. Apalagi bukti kepemilikan dan tanahnya atas Nama Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan secara pribadi bisa saja mengakui bahwa dirinyalah yang punya Muhammadiyah. Tapi beliau tidak pernah menyatakan demikian. Bahkan yang beliau katakan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Namun, pesan beliau dewasa ini tidak berjalan sepenuhnya. Karena tidak mungkin yang bekerja menjadi guru, dosen dan karyawan di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pada semua unit tidak dibayar. Untuk mereka wajar mendapatkan penghidupan dari Muhammadiyah.
Hanya saja mereka berada dalam lingkungan Muhammadiyah punya hak dan kewajiban. Haknya yang berkaitan dengan penghidupan perlu dipenuhi dengan baik. Namun, mereka memiliki kewajiban pengabdian dalam persyarikatan. Bekerja dengan ikhlas semata-mata beribadah kepada Allah dan membantu dalam menggerakkan dakwah dan perjuangan Muhammadiyah dengan serius serta sepenuh hati.
Orang yang sudah mengabdi dengan ikhlas bukan berarti tidak boleh menerima imbalan atau tidak menerima imbalan sama sekali. Hanya saja yang terpenting tidak meminta imbalan sebagaimana yang dilakukan para Nabi, termasuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Tapi Allah Maha Adil. Dalam Ganimah dan fa’i atau rampasan dan pampasan perang ada bagiannya Rasulullah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah memang tidak digaji dan mereka pun orang-orang yang ikhlas. Tidak akan meminta-minta upah atau gaji. Mereka rata-rata punya pekerjaan sendiri. Namun, mereka yang mendapat tugas sebagai Badan Pembina Harian (BPH) di suatu AUM akan ada honorarium yang ditentukan AUM sesuai aturan yang ditetapkan dan bukan karena mereka meminta.
Apakah dengan menerima imbalan dari tugasnya sebagai BPH mereka dikatakan tidak ikhlas. Justru itu makin memperkuat keikhlasan, pengorbanan dan tanggung jawabnya. Bandingkan dengan imam-imam di Masjidil Haram yang dijamin urusan dunianya oleh kerajaan Saudi Arabia, apakah mereka diragukan keikhlasannya?
Justru keikhlasan mereka semakin kuat dalam beribadah menghadap Allah karena hati dan pikirannya tidak harus memikirkan hidup keluarga dan masa depannya. Kalau sekiranya diragukan keikhlasannya berarti jamaah haji yang shalat bersama mereka akan berpengaruh pula pada nilai ibadahnya.
Inilah Pemiliknya
Dengan demikian berarti Muhammadiyah itu milik hamba-hamba Allah yang ikhlas dan penuh pengabdian serta pengorbanan, baik yang menjadi pimpinan organisasi serta anggota Persyarikatan, maupun yang sudah tidak aktif sama sekali dan telah meninggal dunia. Termasuk para pengelola, penggerak dan pelaksana AUM di seluruh dunia.
Namun demikian, yang punya dan pemilik utama adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena Dia lah yang menciptakan manusia, termasuk warga Muhammadiyah. Dia pula yang melimpahkan karunia dan rezeki yang berlimpah dan halal untuk mereka sehingga dapat bergiat menyebarkan dan membangun AUM di berbagai penjuru bumi.
Editor Ni’matul Faizah