PWMU.CO – Dua mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, Alifia Mazaya Aliya Nugroho dan Aulia Rahman Puteri, berhasil lolos dalam program pertukaran pelajar berbasis kepaniteraan klinik yang diselenggarakan oleh SCOPE CIMSA Indonesia.
Program ini merupakan bagian dari Standing Committee on Professional Exchange (SCOPE) yang dikelola oleh CIMSA, satu-satunya organisasi mahasiswa kedokteran Indonesia yang berafiliasi dengan International Federation of Medical Students’ Association (IFMSA).
Melalui afiliasi ini, para mahasiswa berkesempatan mengikuti program pertukaran di lebih dari 130 negara.
Alifia Mazaya menjelaskan bahwa informasi terkait program ini diperoleh melalui organisasi CIMSA. “Saya mendapatkan informasi dari CIMSA, organisasi yang berafiliasi dengan IFMSA, sehingga kami dapat berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar di 130 negara melalui SCOPE Exchange,” ungkapnya.
Dari 500 peserta yang mendaftar secara nasional, hanya 120 orang yang berhasil diterima, termasuk Alifia dan Aulia dari Universitas Muhammadiyah Surabaya.
“Alhamdulillah, saya dan Aulia diterima untuk program exchange ke Mesir dan Tunisia. Kami memilih bulan Agustus karena pada bulan tersebut kelompok koas kami sedang libur setelah menyelesaikan stase Dokter Muda tingkat 1,” tambah Alifia.
Sebelum keberangkatan, para peserta diwajibkan untuk mempersiapkan berbagai dokumen penting, seperti visa dan surat keterangan mahasiswa.
Selain itu, mereka juga mengikuti pre-departure training yang diselenggarakan oleh SCOPE CIMSA Indonesia. “Kami juga menyiapkan suvenir dari Indonesia untuk para profesor dan dokter supervisor di negara tujuan,” jelas Alifia.
Program pertukaran ini berlangsung selama 30 hari di Rumah Sakit Al-Azhar, New Damietta, Mesir, khususnya di departemen Bedah Umum.
Selain mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik, para peserta juga berkesempatan menjelajahi berbagai kota di Mesir, seperti Kairo, Luxor, Alexandria, dan Dahab, sebagai bagian dari program sosial yang telah dirancang.
Dalam kegiatan klinik, Alifia terlibat langsung dalam beberapa kasus bedah. “Kasus yang paling sering dijumpai adalah abses, sehingga keterampilan yang sering dilakukan adalah insisi abses. Untuk operasi, yang paling umum dilakukan adalah apendiktomi dan kolesistektomi,” ujar Alifia.
Selain pengalaman di ruang operasi, Alifia juga terkesan dengan pengalaman saat berkunjung ke poli bedah. “Saya mendapatkan perspektif baru tentang alur penanganan pasien di poli klinik,” ungkapnya.
Tidak hanya pengalaman medis, Alifia juga berbagi cerita tentang pengalamannya menjelajahi berbagai tempat bersejarah di Mesir.
“Saat mengunjungi Piramida, saya sangat takjub melihat salah satu dari 7 keajaiban dunia itu secara langsung. Saya terus bertanya-tanya bagaimana manusia pada masa itu bisa membangun piramida tanpa teknologi modern,” tuturnya.
Di Kota Dahab, Alifia mengaku memiliki pengalaman baru yang cukup berkesan. “Saya pertama kali mencoba snorkeling. Awalnya, saya ragu, tapi teman-teman dari Mesir meyakinkan bahwa aman. Akhirnya, saya memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan mencobanya,” kenangnya.
Melalui program ini, Alifia berharap dapat terus memperluas wawasan dan keterampilan medisnya, serta membangun jaringan internasional di bidang kedokteran.
Penulis Rahma Ismayanti Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan