Renci (Foto: PWMU.CO)
Renci – Kader IMM. Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU
PWMU.CO – Sebelum datangnya risalah kenabian, manusia dihadapkan dengan kondisi sosial yang jauh dari keadilan Hak Asasi Manusia (HAM). Keadaan tersebut kemudian mengalami perubahan sejak hadirnya Nabi Muhammad SAW dengan misi yang beliau emban; membebaskan manusia dari jaman kegelapan menuju pencerahan.
Dakwah Nabi Muhammad salah satunya ditujukan untuk mengeluarkan manusia dari kegiatan yang menjerumuskan pada kesyirikan. Tidak hanya itu, risalah kenabian juga ditujukan untuk menjauhkan manusia dari segala tindakan kedzaliman. Selain mengeluarkan dari syirik dan menjauhkan dari kedzaliman, risalah kenabian Muhammad SAW juga ditujukan untuk membawa kerahmatan bagi kehidupan umat manusia. Oleh karenanya Islam datang sebagai agama yang rahmatan lil’alamin.
Risalah Kenabian Rasulullah SAW
Diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk membawa dan menebarkan rahmat serta kasih sayang bagi alam semesta. Sebagai Nabi terakhir, beliau memiliki keistimewaan untuk membawakan pesan-pesan Allah yang tidak hanya ditujukan kepada seorang mukmin, melainkan risalah kenabian Muhammad bersifat universal.
Dengan dibimbing Allah, risalah kenabian Muhammad SAW berisi perihal konsep hidup, prinsip dan moral yang ditujukan kepada seluruh manusia untuk mencapai peradaban yang tercerahkan. Ajaran itu kemudian Nabi Muhammad masifkan melalui gerakan-gerakan dakwah yang diemban oleh beliau dengan terorganisir, sistematis dan terstruktur.
Dakwah Nabi Muhammad tidak hanya menyasar pada ranah teologis, bukan sekedar memperkenalkan Tuhan, melainkan melalui mukjizat yang dimilikinya yaitu Alqur’an, Nabi Muhammad membawa pesan-pesan kemanusiaan. Bahwa risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad disampaikan dengan kerahmatan dan metode yang digunakan dalam menyebarkan ajarannya pun beragam.
Gerakan Purifikasi sebagai Semangat Risalah Kenabian
Selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW, tentu risalah kenabian tidak seharusnya terhenti. Sudah menjadi tugas Muslim untuk senantiasa mengobarkan risalah kenabian tersebut. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam turut serta mengambil peran tersebut.
Sebagai respons terhadap tantangan ideologis yang sudah berlangsung lama sebagai tradisi Jawa saat itu, komitmen gerakan puritan ini adalah salah satu faktor pendorong didirikannya organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah berpegang pada prinsip risalah kenabian untuk menolak adanya inovasi ajaran agama yang tidak memiliki landasan.
Selain itu, Muhammadiyah juga menolak khurafat, atau kepercayaan yang tidak rasional serta taqlid (mengikuti suatu ajaran tanpa pemahaman). Tidak hanya pada ranah teologis, Muhammadiyah juga memasifkan gerakannya untuk mencakup kehidupan sosial. Muhammadiyah juga lekat dengan sebutan gerakan modernisasi, hal ini bisa dilihat dengan cara mengaplikasikan ajaran Islam yang relevan dengan konteks zaman modern.
Profetik sebagai Estafet Risalah Kenabian
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah di atas adalah bagian dari komitmen Muhammadiyah untuk menjadi organisasi yang meneruskan estafet risalah kenabian. Ikhtiar tersebut terus dirawat oleh Muhammadiyah sampai hari ini. Diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk membenahi struktur dan sistem masyarakat, oleh karenanya, Muhammadiyah dengan membawa semangat risalah kenabian tersebut terus berusaha untuk senantiasa menyeimbangkan tatanan kehidupan.
Sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad yang telah disemai, Muhammadiyah berusaha untuk merawat risalah kenabian tersebut dengan semangat profetik. Konsep profetik yang dijalankan oleh Muhammadiyah selaras dengan perjuangan Nabi Muhammad yaitu untuk memihak pada kaum mustad’afin. Meminjam istilah sosial profetik yang digagas oleh Kuntowijoyo, melalui pilar profetik milik Kunto yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi diharapkan mampu menciptakan transformasi sosial dan menjadi solusi atas kompleksitasnya problem yang dihadapi oleh umat.
Gagasan dari Kuntowijoyo ini senafas dengan Alquran surah Ali-Imran ayat 110. Muhammadiyahpun dalam gerakannya juga menjadikan ayat ini sebagai salah satu landasan gerakannya. Pertama, bicara tentang humanisasi (Amar Ma’ruf), Muhammadiyah senantiasa menggelorakan gerakan dakwah untuk menyampaikan kebaikan-kebaikan dan mengentaskan dehumanisasi sebagaimana yang juga dilakukan oleh Nabi Muhammad di masa dakwah beliau.
Kedua, liberasi (Nahi Munkar), bahwa Muhammadiyah juga berdiri menjadi organisasi yang berupaya untuk proses pembebasan kebodohan, kemiskinan ataupun penindasan. Melalui lembaga pendidikan, Muhammadiyah turut berkontribusi mengatasi problem yang ada di dunia pendidikan. Ketiga, transendensi. Bahwa dalam gerakan Muhammadiyah, landasan yang dipakai adalah tetap berpegang teguh pada (agama) Allah serta tidak bercerai berai.
Gerakan yang dilakukan Muhammadiyah saat ini sejalan atau senafas dengan misi kenabian sejak awal yaitu hadir sebagai Islam yang rahmatan lil alamin. Semangat ini yang kemudian akan Muhammadiyah rawat.
Editor Teguh Imami