Ilustrasi
Hasanuddin dari Pulau Kangean.Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU
PWMU.CO – Rasul yang memiliki kekuatan fisik setara 30 kali laki-laki ini adalah sosok manusia yang paling sempurna karena nilai-nilai keteladanannya terbaik dalam semua aspek dan sendi-sendi kehidupan. Buah dari keteladannya, beliau berhasil sebagai penebar manfaat bagi diri sendiri, keluarga, orang lain dan masyarakatnya. Keberhasilan Rasulullah telah terbukti dan keberhasilan ini merupakan keberhasilan tingkat tertinggi. Bukan keberhasilan hanya di dunia yang nilainya sepadan dengan sisa air di telunjuk yang dicelupkan ke dalam samudera yang luas, namun keberhasilan yang bernilai akhirat yang nilainya tiada tara.
Keteladanan beliau adalah multi dimensi. Beliau Sang Inspirator, Sang Penyanyang, Sang Pemurah, Sang Dermawan, Sang Optimis, Sang Penyabar, Sang Muslih, Sang Muhsin, Sang Teladan Kejujuran, Sang Pembebas, Sang Pemberani, , Sang Peminta Ampun dan Sang Pendekar Tauhid. Beliau juga Sang Hamba yang Bersyukur, Sang Ahli Munajat, Sang Ahli Ibadah, Sang Guru Terbaik, Sang Ahli Dzikir, Sang Ahli Tilawah, Sang Pemimpin, Sang Penggiat Shalat Malam, Sang Pembawa Kabar Gembira, Sang Penebar Keindahan, Sang Penegak Keadilan, Sang Pendakwah, Sang Ahli Shalat. Terlebih lagi beliau merupakan merupakan sosok yang rajin berpuasa, sosok yang gemar bersedekah, sosok yang rendah hati, yang suka tertawa, sosok yang senantiasa rida, sosok yang penuh keberkahan, sosok paling berbahagia, sosok yang banyak menangis, sosok yang zuhud, sosok kebapakan, sosok yang suka silaturrahim, sosok yang murah senyum, sosok yang suka mempermudah.
Dengan memperhatikan begitu banyak sebutan yang disandang beliau tentunya kita wajib ‘ain menjadikan beliau sebagai kiblat pertama keteladan. Karena tanpa itu semua kita tidak akan mendapatkan kesuksesan yang besar di dunia ini lebih-lebih di akhirat nanti. Sebaliknya, kalau kita lari atau kita ambil setengah hati keteladan beliau maka kita tak akan mencapai kesuksesan yang sejati. Di dunia bisa buntung, di akhiratpun bisa murung.
Salah satu yang wajib kita tiru adalah ibadah beliau. Beliau adalah orang yang paling hebat dalam beribadah. Beliau adalah orang yang paling patuh kepada tuhan-Nya. Beliau merupakan manusia yang paling taat melaksanakan perintah-Nya. Konsep pemahaman ibadah beliau tidak seperti kebanyakan orang yang hanya membatasi ibadah seperti shalat, puasa, zakat, umrah, haji dan sejenisnya.
Menurut beliau ibadah adalah yang menyangkut apa-apa yang disukai Allah baik dari perkataan maupun perbuatan, yang tampak dan tersembunyi. Memang benar bagian fondasi ibadah adalah shalat, puasa, zakat, haji, umrah dan sejenisnya namun pemahaman kita mengenai ibadah harus diperluas agar kita tidak terjebak ke pemahan yang sempit tentang ibadah. Jadi menulis, makan makanan lezat, minum air dingin nan segar, tidur nyenyak di atas kasur yang empuk, berolah raga yang kita senangi maka nilainya ibadah jika semua itu diniatkan untuk memperkuat ibadah kita kepada Allah. Kendati demikian, Rasulullah melarang ibadah kita dilakukan dengan berlebihan-lebihan. Tidak boleh beribadah kepada Allah namun melupakan keluarga. Beribadah harus seimbang antara jiwa dan raga.
Dulu ada tiga orang yang bertanya tentang ibadah Rasulullah. Setelah dijawab ibadah beliau tiada duanya. Lalu ketiga orang ini berpandangan bahwa Rasulullah adalah orang yang selalu beribadah kepada Allah tanpa memperdulikan sekitar. Maka singkat cerita, orang-orang inipun mau ibadah terus non stop, membujang dan puasa sepanjang hayat. Mendengar itu, Rasulullah tidak setuju dan meluruskan pemahaman ibadah mereka dengan mengatakan bahwa beliau adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah. Namun, beliau tetap istirahat, menikah, dan berbuka.
Kita dianggap gagal memahami konsep ibadah rasul dan dan hanya mengamalkan uswah ibadah beliau. Jika memahami bahwa menghadiri pengajian, memperbaiki jalan, musyawarah demi kemajuan persyarikatan, mengadakan seminar, bergotong royong membangun AUM, menyelenggarakan sunatan massal, mengadakan sembako murah, membagikan pupuk untuk petani, mempercantik masjid, membangun sekolah, kerja sama pendidikan luar negeri, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengelola sumber daya alam, mengadakan penelitian tidak bernilai ibadah. Makanya, beliau menyempatkan menghibur anak kecil yang kehilangan mainannnya, meluangkan waktunya untuk menyelesaikan perselisihan padahal waktu itu beliau mau shalat jamaah, memberi kabar gembira berupa balasan surga kepada seseorang yang memberi minum anjing yang kehausan, mengasihi orang yang terzalimi, menyuruh kita mencintai lingkungan, menasehati kita untuk menghidupi para fakir miskin, menganjurkan untuk berembug segala persoalan, mengajak kita untuk hidup bersatu padu dan menghindari perpecahan.
Oleh karena itu, mari kita meniru beliau sebaik-baiknya. Marilah kita ikuti langkah-langkah beliau secara totalitas. Marilah kita hidup sebagaimana beliau hidup. Beliau bukan menyuruh kita hanya mencontoh bagaimana berpakaian atau memakai aksesoris-aksesoris yang sifatnya kurang penting, kulitnya saja namun beliau menyuruh kita meniru bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya.
Editor Teguh Imami