PWMU.CO – Siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) berhasil memperoleh prestasi dalam kompetisi Reels and Tiktok National Competition #4 yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (14/9/2024).
Vidio yang berdurasi sekitar 01.30 detik itu juga bisa disaksikan melalui instagram smamita18. Ada pesan dalam vidio tersebut bahwasannya “Orang hebat itu tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, atau kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata.”
Adapun data siswa smamita yang mengikuti kompetensi Reels and Tiktok National Competition #4 adalah Hafidz Nizar Abdillah siswa kelas XI-1 sebagai cameraman, Zidna Aisy Syareefah XII IPA 5 sebagai sutradara, Azriel Daksa Alkarimu XII IPA 2 sebagai editor, Kimberly Putri Andana XI 5 berperan sebagai siswa, Zuhro Lathifaturrohmah, S.Pd berperan sebagai guru BK, Dwi Faridah sebagai orang tua.
Sutradara film, Zidna Aisy Syareefah dirinya merasa senang dan bangga bahwasannya film yang dipersembahkannya itu mempunyai arti dan penuh makna.
“Awalnya mengenai Informasi lomba Reels and Tiktok National Competition yang diadakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Ahmad Dahlan informasi itu kami dapatkan melalui guru BK sekolah,” ujarnya.
“Selanjutnya kita bertiga berkumpul untuk melakukan pembahasan dan akhirnya kita sepakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Diawal kita sempat bingung mau membuat tema dan vidio yang seperti apa untuk kompetisi kali ini. Akhirnya ide itu muncul dari hasil komunikasi kita semuanya,” tambahnya.
“Bagaimana kalau ceritanya dibuat short reels seperti video pendek tetapi tidak hanya sekedar cuman efek-efek saja. Tetapi ada sedikit pesan cerita yang akan kita sampaikan. Kita membuat naskah yang awalnya itu ceritanya agak panjang. Tetapi ketentuan lomba yang diminta ternyata hanya cuma sekitar 01.30 detik akhirnya naskah itu kita persingkat,” tegasnya.
Mengenai ceritanya itu ada seorang siswa hobi sekali dengan menari. Tetapi sama kedua orang tuanya terutama sama Ibunya tidak diperbolehkan sama sekali untuk menari. Sang Ibu meminta anaknya intinya harus belajar-belajar dan belajar.
“Akhirnya dirinya menuruti permintaan Ibunya melakukan semua itu dengan cara keterpaksaan. Sebenarnya anak itu tidak mau melakukan keinginnan Ibunya karena dirinya selalu merasa berada dalam tekanan. Jadi kejadian itu membuat dirinya tidak ada waktu sama sekali untuk mengembangkan hobi menarinya,” katanya.
Saat pengumuman Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) dirinya merasa deg-degan. Dihatinya selalu terbayang-bayang dan merasa.
“Ini lho yang selama ini aku perjuangkan untuk keinginan orang tuaku. Masak aku tidak lolos seleksi aku sudah meninggalkan sesuatu hal yang seharusnya bisa menjadi jalan untuk masa depanku,” paparnya.
Pada penceritaan tersebut, akhirnya dia merasa stres karena tidak diterima SNBT. Dia berencana untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Tetapi di gagalkan oleh guru BK sekolah yang kebetulan melintas. Akhirnya guru BK berusaha menenangkannya mengajak diskusi mencari jalan keluar mengenai permasalahan itu.
“Saat itulah dia mempunyai tempat untuk bercerita dan selalu melakukan komunikasi dimanapun. Karena selama ini Ibunya hanya menuntut anaknya untuk selalu belajar dan belajar supaya lolos SNBT. Tetapi Ibunya tidak pernah ada waktu untuk mengajak cerita si anak tersebut,” ujarnya.
“Guru BK itu akhirnya memfasilitasi dan memberikan treatment seperti pendampingan untuk belajar. Selanjutnya juga memberikan konseling setiap hari memberikan jurnal link. Menulis apa saja yang menjadi kebutuhan dia sehari-hari setelah kejadian itu,” tambahnya.
Tentunya mengenai amanat yang ada di film itu memang cerita ini sengaja kami angkat. Bahwasannya kita sebagai seorang anak itu harus selalu mengkomunikasikan semua hal yang kita inginkan kepada orang tua. Bahkan juga kepada guru BK mengenai masa depan kita nanti seperti apa. Karena saya yakin orang tua pasti niatnya sangat baik kepada anak-anaknya.
Jangan sampai dengan tidak adanya suatu komunikasi. Menjadikan kita memaksakan kehendak orang tua padahal kita mempunyai kemampuan yang tentunya bisa membuat kita mampu mengembangkannya. Maka dari itu perlunya kedekatan dan komunikasi antara anak dan orang tua itu penting.
“Insya Allah akan ada jalan keluarnya. Bahkan tidak akan ada cara seperti mengakhiri hidup. Selain itu terkadang kita sebagai siswa menganggap guru BK itu menjadi polisinya siswa. Tetapi tidak semua anak yang dipanggil BK itu bermasalah. Saya rasa dengan adanya guru BK kita bisa saling melakukan komunikasi dan kolaborasi mengenai masa depan kita kedepan,” pungkas Zidna yang ingin melanjutkan study di Ilmu Komunkasi di Unair.
Penulis Nashiiruddin Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun