Oleh: Syayyidina Ali – Dosen Universitas Muhammadiyah Bulukumba dan Pegiat Kelas Inspirasi Kabupaten Bulukumba. (Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU).
PWMU.CO – Kehidupan di era digital menawarkan berbagai kemudahan dan inovasi yang memengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Dari komunikasi hingga pekerjaan, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. Namun, dengan segala kemudahannya, teknologi juga membawa tantangan baru dalam menjaga keseimbangan hidup, khususnya dalam hal spiritualitas. Dalam situasi ini, teladan Nabi Muhammad SAW dapat menjadi pedoman yang sangat relevan untuk membantu kita menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan arah spiritual.
Meski kehidupan Nabi berlangsung lebih dari 14 abad yang lalu, ajaran dan contoh hidup beliau tetap memberikan panduan yang tak lekang oleh waktu. Nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran, kesederhanaan, dan kebaikan kepada sesama bisa menjadi pedoman bagi kita dalam menghadapi dunia yang semakin cepat dan terkoneksi ini. Bagaimana kita dapat meneladani Nabi Muhammad di era digital? Bagaimana kita bisa menyelaraskan penggunaan teknologi dengan tetap menjaga keseimbangan spiritual?
Teknologi sebagai Alat, Bukan Tujuan
Dalam kehidupan Nabi, kita bisa melihat bagaimana beliau selalu memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya dengan bijaksana. Setiap tindakan dan keputusan yang beliau ambil didasarkan pada tujuan mulia, bukan sekadar memenuhi keinginan pribadi. Hal ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menggunakan teknologi. Teknologi harus dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, bukan sekadar hiburan atau pengisi waktu luang.
Dalam konteks saat ini, teknologi memungkinkan kita untuk mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber tanpa batas. Kita dapat menelusuri dunia, belajar hal baru, bahkan berinteraksi dengan para ulama dan pemikir melalui internet. Namun, apakah kita menggunakan kesempatan ini untuk hal yang bermanfaat atau justru teknologi tersebut kita gunakan untuk hal-hal yang merugikan, seperti membuang waktu di media sosial tanpa tujuan yang jelas.
Dengan meneladani Nabi Muhammad, kita diajarkan untuk memiliki niat yang baik dalam setiap tindakan. Begitu juga dengan teknologi, seharusnya kita dapat menggunakannya untuk tujuan yang bermanfaat, baik itu untuk meningkatkan ilmu, memperkuat hubungan dengan orang lain, atau bahkan untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama.
Etika Digital: Menjaga Akhlak dalam Dunia Maya
Salah satu tantangan terbesar dalam era digital adalah menjaga akhlak dan perilaku kita di dunia maya. Anonimitas dan jarak yang ditawarkan oleh teknologi sering kali membuat orang lupa bahwa di balik setiap layar ada manusia nyata. Di sinilah pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad dalam berinteraksi dengan orang lain.
Nabi selalu mengajarkan pentingnya berbicara dengan sopan dan lembut, bahkan kepada mereka yang berbeda pendapat. Dalam era media sosial saat ini, di mana perdebatan sering kali terjadi tanpa etika, kita bisa meneladani Nabi dalam menjaga tutur kata. Di dalam Islam, ada pepatah terkenal yang berbunyi, “Jika kamu tidak bisa berkata baik, maka lebih baik diam.” Prinsip ini sangat relevan ketika kita berinteraksi di dunia maya utamanya ketika berkomentar negatif, melakukan ujaran kebencian, atau menyebarkan informasi tidak benar yang bisa merusak hubungan sosial dan menciptakan permusuhan.
Sebaliknya, kita bisa menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan, menginspirasi orang lain, dan mempererat silaturahmi. Jika kita mengikuti teladan Nabi, kita diajarkan untuk selalu berbuat baik, bahkan ketika berhadapan dengan situasi sulit. Ketika dihadapkan pada provokasi atau perdebatan, respons Nabi selalu bijaksana dan penuh empati. Inilah yang perlu kita aplikasikan dalam dunia digital saat ini, agar teknologi tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan alat untuk mempererat persaudaraan.
Kesederhanaan dalam Dunia yang Serba Cepat
Salah satu nilai paling menonjol dalam kehidupan Nabi adalah kesederhanaan. Beliau hidup dengan penuh kecukupan dan tidak pernah berlebihan dalam hal apa pun, baik dalam kebutuhan materi maupun waktu. Di era digital, di mana segala sesuatu serba cepat dan instan, kita sering kali lupa akan nilai kesederhanaan ini. Kita cenderung ingin melakukan banyak hal dalam waktu singkat, hingga akhirnya kehilangan esensi dari setiap tindakan kita.
Teknologi sering kali membuat kita merasa harus selalu aktif, selalu terhubung, dan selalu mengikuti arus informasi yang terus mengalir. Namun, dengan meneladani kehidupan Nabi, kita bisa belajar untuk melangkah perlahan, menikmati setiap momen, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Nabi selalu mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak terjebak dalam hiruk-pikuk teknologi, melainkan tetap mempertahankan fokus pada hal-hal yang bermakna.
Dalam penggunaan teknologi, kita juga bisa menerapkan prinsip kesederhanaan ini. Misalnya, dengan membatasi waktu penggunaan media sosial, atau hanya mengonsumsi konten yang positif dan bermanfaat. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga keseimbangan mental, tetapi juga spiritual.
Kesederhanaan dalam Dunia yang Serba Cepat
Kemajuan teknologi seharusnya tidak dilihat sebagai penghalang dalam kehidupan spiritual, melainkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama. Nabi Muhammad SAW sangat bijak dalam memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyebarkan kebaikan dan berdakwah. Dalam konteks modern, teknologi memberikan kita peluang yang sangat luas untuk melakukan hal yang sama.
Kita bisa menggunakan media sosial, blog, atau platform video untuk menyebarkan pesan-pesan Islam, mengajak orang lain untuk berbuat baik, dan berbagi pengetahuan. Sebagai contoh, banyak sekali platform yang memungkinkan kita untuk berbagi ilmu agama, baik melalui ceramah online, diskusi interaktif, atau konten-konten edukatif.
Teknologi juga memungkinkan kita untuk beramal secara online, membantu mereka yang membutuhkan melalui kampanye donasi digital, atau bahkan sekadar menyebarkan informasi tentang proyek kemanusiaan.
Dengan mengikuti teladan Nabi, kita bisa menjadikan teknologi sebagai alat untuk berkontribusi dalam masyarakat, bukan hanya untuk diri sendiri. Teknologi dapat menjadi jembatan yang mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang untuk bersatu dalam kebaikan. Inilah esensi dari dakwah modern yaitu dapat menggunakan segala sarana yang ada untuk menyebarkan pesan kebaikan dan memperkuat iman.
Menjaga Keimanan di Tengah Arus Godaan
Di samping memiliki segala manfaat, teknologi juga membawa godaan yang bisa menjauhkan kita dari nilai-nilai spiritual. Konten negatif seperti pornografi, perjudian, dan hiburan yang berlebihan sering kali menggoda kita untuk menyimpang dari jalan yang benar. Dalam situasi seperti ini, teladan Nabi Muhammad sangat relevan. Beliau selalu mengajarkan untuk menjaga hati dan pikiran dari hal-hal yang tidak bermanfaat.
Menjaga keimanan di era digital berarti kita harus selektif dalam mengonsumsi konten. Kita harus memiliki kontrol diri yang kuat untuk tidak terjebak dalam godaan teknologi. Meneladani Nabi berarti kita selalu menjaga niat dan tujuan kita dalam menggunakan teknologi. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga kesehatan mental, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT.
Maka, Meneladani kehidupan Nabi Muhammad SAW di era digital bukan berarti kita harus menjauhi teknologi, tetapi justru kita harus bisa menggunakan teknologi tersebut dengan bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan meniru kebijaksanaan, akhlak, dan kesederhanaan Nabi, kita bisa menemukan keseimbangan antara teknologi dan iman, serta berkontribusi positif bagi diri sendiri dan masyarakat.
Pada akhirnya, kemajuan teknologi adalah anugerah yang bisa kita manfaatkan untuk hal-hal baik, sesuai dengan ajaran Nabi. Mari kita jadikan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan spiritualitas dan memperkuat amal kebaikan, sambil tetap menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. (*)
Editor: Ni’matul Faizah