Penulis Rahmat Syayid Syuhur (Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU).
PWMU.CO – Persyarikatan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta.
Muhammadiyah muncul sebagai respons terhadap kondisi umat Islam yang pada waktu itu banyak dipengaruhi oleh berbagai tradisi dan kepercayaan yang tidak murni berasal dari ajaran Islam, seperti takhayul, bid’ah, dan khurafat.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan ajaran Islam pada al Quran dan as Sunnah yang murni serta memberantas praktek-praktek yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Selain itu, Muhammadiyah juga bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan kesehatan. Dengan mendirikan sekolah-sekolah Islam modern, panti asuhan, dan rumah sakit, Muhammadiyah bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat Islam secara keseluruhan.
Muhammadiyah mengusung gagasan pembaharuan Islam yang fokus pada pemurnian ajaran agama dan modernisasi kehidupan umat. Namun Muhammadiyah tidak hanya bergerak di ranah sosial, pendidikan, dan kesehatan, tetapi juga mengemban misi untuk melanjutkan risalah kenabian, yakni pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dalam menuntun umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang berorientasi pada pembaruan dan kemajuan, menerapkan prinsip Rahmatan lil ‘Alamin dalam setiap aktivitasnya.
Muhammadiyah dan Risalah Kenabian
Relasi antara Muhammadiyah dan risalah kenabian sangat penting untuk dipahami karena menggambarkan bagaimana sebuah organisasi modern bisa memanifestasikan ajaran dan nilai-nilai kenabian dalam konteks zaman yang terus berubah.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan tajdid. Gerakan ini memiliki landasan yang kuat dalam ijtihad, yakni proses berpikir dan berinovasi untuk menerapkan ajaran Islam dalam konteks modern. Bagi Muhammadiyah, ijtihad menjadi salah satu bentuk tanggung jawab umat Islam untuk menjaga relevansi ajaran agama dalam menghadapi tantangan zaman.
Sejalan dengan itu, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah modern yang menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan umum, mendirikan rumah sakit, dan membangun berbagai institusi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Gerakan ini mencerminkan semangat risalah kenabian dalam mengembangkan kesejahteraan manusia secara menyeluruh.
Risalah kenabian adalah inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin) untuk menyebarkan ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari spiritual, moral, hingga sosial.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga seorang reformis sosial yang berusaha menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera, dan berakhlak mulia. Risalah ini menekankan pentingnya persatuan, keadilan, dan kemanusiaan, serta penghapusan kesenjangan sosial.
Dalam konteks Muhammadiyah, risalah kenabian merupakan dasar teologis dan ideologis dalam menjalankan misi organisasi. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW membawa ajaran yang komprehensif,
Muhammadiyah, sebagai organisasi yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam, memandang risalah kenabian sebagai panduan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Organisasi yang Menolak Praktik Menyimpang
Organisasi ini menolak praktik-praktik yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam, seperti bid’ah dan takhayul, dengan tujuan mengembalikan kemurnian ajaran Islam. Ini sejalan dengan misi Nabi Muhammad SAW yang membersihkan agama dari unsur-unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Allah.
Organisasi Muhammadiyah juga berusaha untuk tidak sekadar menjadi organisasi konservatif. Dengan konsep tajdid, Muhammadiyah membuka ruang bagi umat Islam untuk berpikir kritis dan melakukan inovasi dalam memahami dan menerapkan ajaran agama.
Hal ini sangat penting dalam konteks dunia modern, di mana perubahan sosial, politik, dan teknologi berkembang begitu pesat. Muhammadiyah, dalam pandangan saya, memandang risalah kenabian sebagai pedoman yang fleksibel namun tetap teguh dalam prinsip, yang memungkinkan umat Islam untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman
Melihat tantangan yang dihadapi, saya percaya bahwa Muhammadiyah perlu terus memperkuat semangat risalah kenabian dalam setiap langkahnya. Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengajarkan tentang ritual ibadah, tetapi juga tentang pentingnya menjaga persatuan umat, menciptakan keadilan sosial, dan menegakkan kebaikan di tengah masyarakat.
Muhammadiyah juga harus terus menekankan pentingnya ijtihad dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Muhammadiyah harus mampu memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana umat Islam bisa memanfaatkan perkembangan ini tanpa melupakan prinsip-prinsip agama.
Muhammadiyah dan risalah kenabian adalah dua hal yang saling berkaitan dalam membentuk pemahaman Islam modern di Indonesia. Dengan misinya untuk memurnikan ajaran Islam dan menggabungkannya dengan modernitas, berusaha untuk menerapkan risalah kenabian dalam kehidupan nyata.
Tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah di era modern ini menuntut organisasi untuk terus melakukan ijtihad dan berinovasi dalam memahami dan menerapkan ajaran agama. Dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip risalah kenabian, Muhammadiyah dapat terus berperan sebagai agen perubahan sosial yang membawa kebaikan bagi umat manusia dan alam semesta. (*)
Editor Amanat Solikah