PWMU.CO – Dalam rangka memperingati Maulid Nabi, Aisyiyah Quranic Boarding School (PTQ Aisyiyah) Ponorogo mengadakan kajian bertema meneladani Rasulullah bersama Ustadz Imam Mustangin SHI. Kajian ini dihadiri 24 santriwati di Aula Lantai 1 Gedung Dakwah Aisyiyah, Ahad (15/9/2024).
Kajian diawali dengan pengenalan pentingnya meneladani Rasulullah SAW, khususnya dalam Adversity Quotient (AQ), yaitu kemampuan untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan hidup. Adversity Qouetient (AQ) adalah ukuran yang menentukan bagaimana seseorang merespon kesulitan. Dan juga bagaimana seseorang bereaksi dengan kondisi dunia sekelilingnya.
Ustadz Imam Mustangin menuturkan bahwa AQ terdiri dari empat dimensi utama, yaitu Control, Ownership, Reach, dan Endurance (CORE). Control adalah kemampuan mengendalikan respons terhadap kesulitan dengan kesabaran. Ownership adalah tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan tanpa menyalahkan orang lain.
Lebih lanjut ia menambahkan, untuk reach berkaitan dengan mengelola kesulitan agar tidak merusak aspek lain dalam kehidupan, dan Endurance adalah melihat kesulitan sebagai sesuatu yang sementara.
Tipe Manusia dalam AQ
Ia menjelaskan ada tiga tipe manusia dalam AQ, yaitu:
- Quitters. Tipe ini ketika mendapat musibah dan masalah, mereka lebih cenderung dikuasai oleh perasaan dan menganggap dirinya tidak mampu.
- Campers. Tipe ini bertahan dan berusaha bangkit lagi ketika ada masalah.
- Claimbers. Tipe ini adalah seseorang yang senantiasa terus naik tidak menyerah. Dia menjadikan masalah sebagai pijakan, melihat harapan ketika ada kesulitan dan penderitaan. Selalu yakin dengan firman Allah QS Al-Insyiroh ayat 5-6.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)”. Tipe tersebut sedikit komunitasnya, dan insyaallah kita termasuk di dalamnya dengan meneladani AQ Rasulullah SAW.
Selama kajian, Ustadz Imam Mustangin juga menekankan bagaimana Rasulullah SAW merupakan contoh utama dalam AQ. Beliau menghadapi berbagai ujian hidup, seperti kehilangan ayah sebelum lahir, kehilangan ibu pada usia 6 tahun, dan kakek pada usia 8 tahun.
Meskipun melalui banyak kesulitan, Rasulullah tetap menunjukkan kesabaran, ketangguhan, dan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti diikuti dengan kemudahan, sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Insyirah ayat 5-6.
Kajian ditutup dengan kutipan inspiratif dari Ustadz Imam Mustangin, dua tangan kita tidak mampu menutup semua mulut orang lain, tetapi kita bisa menutup telinga kita untuk tidak mendengarkan perkataan mereka. Pesan ini mengajak para santriwati untuk mengelola emosi dan bertahan menghadapi berbagai tantangan hidup, meneladani ketangguhan Rasulullah SAW. (*)
Penulis Enjllina Vitasondang Editor Amanat Solikah