PWMU.CO – Di acara pembukaan Mastama, Ordik, Expo (MOX) UM Surabaya 2024, terdapat mahasiswa kembar yang menginspirasi. Mereka adalah Faradina Nur Ramadhani dan Faradila Nur Ramadhani, mahasiswa kembar dari Gresik yang menempuh studi di Program S1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran UM Surabaya, Selasa (17/09/20224).
Kisah-kisah inspiratif dari para mahasiswa baru menarik untuk disimak. Tujuannya, cerita perjalanan dan perjuangan saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi bisa menginspirasi dan memberi semangat para generasi muda selanjutnya.
Dila dan Dina sejak kecil telah memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Keduanya sejak kecil telah mengenyam pendidikan secara bersama dari TK hingga SMP. Keduanya juga sempat mondok bersama.
“Kebetulan pas waktu SMA kita sekolahnya beda. Di negeri dan di swasta. Ingin suasana beda saja sebenarnya dan karena pertimbangan mama. Tapi meskipun kita beda sekolah kita masih tetap kompak belajar bersama karena jurusan kita sama yakni IPA, bahkan kita sering ngikuti kompetisi olimpiade bersama,” kata Dina.
Dina dan Dila sering memiliki pengalaman lucu, dulu saat sekolah gurunya seringkali salah membagikan rapot, bahkan beberapa temannya beberapa kali salah memanggil, selain karena kembar identik, nama mereka hanya berbeda satu haruf saja.
Mahasiswa Kembar: Dina dan Dila
Titik terendahnya saat Dina dan Dila ditinggal ayahnya. Ayahnya meninggal saat Covid-19 pada tahun 2021. Keduanya sempat kehilangan semangat, namun ia menyadari kehidupan masih harus terus berlanjut. Ia mengingat mamanya yang masih berjuang untuk dirinya.
Usai lulus dari SMA, Dina dan Dila sempat kuliah di jurusan Keperawatan di salah satu kampus di Jakarta. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, lantaran jurusan tersebut tidak sesuai dengan passion yang dimiliki, jarak yang terlalu jauh juga menjadi pertimbangan mengingat mamanya seorang diri.
“Sebenarnya sejak SMA udah nyiapin untuk masuk FK, cuma kala itu belum beruntung, dan ketika saya masih jadi mahasiswa di Jakarta mama mengirimkan browser FK di UM Surabaya, cita-cita mama juga ingin anaknya menjadi dokter,” imbuhnya.
Akhirnya kami mendaftar di UM Surabaya melalui jalur prestasi, dan alhamdulillah diterima keduanya.
Dina dan Dila menyadari bahwa kuliah di Fakultas Kedokteran bukan hal yang mudah, selain tugas juga biaya yang tidak murah. Maka dari itu, ia tak ingin mengecewakan mamanya yang telah berjuang sehingga ia bisa masuk FK.
“Salah satu cita-cita mama, ia ingin anaknya menjadi dokter, itu juga seperti cita-cita alamarhum papa. Berharap suatu hari anaknya mempunyai klinik dekat rumah dan bisa membantu banyak orang,” imbuhnya.
Dila mengatakan, bahwa suatu saat nanti ia ingin mengambil spesialis anak, sementara Dina ingin mengambil spesialis penyakit dalam. Setelah lulus ia ingin bekerja dulu, agar tidak terlalu memberatkan orang tua ia ingin kerja.
“Kalau pesan mama yang terus kami ingat, kalau bekerja harus ikhlas, apapun yang dilakukan harus Ikhlas, nanti pasti rejekinya ngikut kalau ikhlas,” pungkasnya. (*)
Penulis Uswah Sahal Editor Amanat Solikah