PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat melalui program bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dan Lazismu akan meluncurkan program inovatif bernama Beasmu di Lengkong Wetan, Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat, pada Ahad (22/9/2024). Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat tani dan meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Ketua PWM Jawa Barat Prof Dr KH Ahmad Dahlan MAg menjelaskan bahwa program Beasmu merupakan bagian dari visi besar Muhammadiyah di abad kedua yang mengusung konsep Islam Berkemajuan.
Menurutnya, visi ini lahir dari kebutuhan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang masih melilit umat dan bangsa, seperti kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, formalisme, dan tradisionalisme yang menghambat kemajuan.
”Sejak memasuki abad kedua, Muhammadiyah telah berkomitmen untuk terus membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat dari jerat kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan,” ujar Ahmad Dahlan.
Dalam konteks program Beasmu, hasil panen raya diorientasikan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat tani, khususnya di daerah perdesaan. Program ini juga bertujuan membuka peluang bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, seperti sawah, untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Ahmad Dahlan menekankan bahwa Muhammadiyah harus selalu hadir sebagai solusi bagi setiap masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, dalam dakwahnya, Muhammadiyah membentuk berbagai majelis, salah satunya Majelis Pemberdayaan Masyarakat, untuk menyentuh berbagai segmen sosial.
“Dalam kegiatan panen raya ini, kita melihat sinergi antar majelis dan lembaga di Muhammadiyah, seperti MPM dan Lazismu Jawa Barat yang mendukung penuh acara ini. Nantinya, hasil panen akan dikelola dan dipasarkan,” tambahnya.
Ahmad Dahlan berharap melalui program Beasmu, Muhammadiyah dapat berperan aktif dalam mendukung program ketahanan pangan pemerintah serta mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya saing tinggi, terutama di kalangan petani.
Sementara itu, Ketua MPM PWM Jawa Barat Lutfi Nurdianchah menambahkan bahwa latar belakang program ini berangkat dari kondisi dominasi beras non organik di Indonesia yang diproduksi dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
“Beas dalam bahasa Sunda artinya beras. Mu itu Muhammadiyah. Program ini bertujuan untuk memberdayakan petani di wilayah Jawa Barat sekaligus menyediakan alternatif beras sehat yang terjangkau bagi masyarakat,” ujar Lutfi.
Beras non-organik yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Meski produktif, konsumsi beras ini dalam jangka panjang dapat berdampak buruk bagi kesehatan, sedangkan harga beras organik yang bebas dari bahan kimia masih cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat.
“Selain itu, kebergantungan pada petani terhadap pupuk dan pestisida kimia juga menjadi persoalan yang menggerus kesejahteraan mereka. Biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan penghasilan yang didapatkan sehingga kesejahteraan petani masih terbilang memprihatinkan,” kata Lutfi.
Program Beasmu diimplementasikan di Majalengka melalui kolaborasi antara MPM Jawa Barat dan Jatam (Jamaah Tani Muhammadiyah) Majalengka. Sistem pertanian yang digunakan mengandalkan hasil riset MPM dan Jatam Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan penggunaan mikrobakteri khusus bernama Jatam Pro.
“Syafie Latuconsina sebagai Dewan Pakar MPM bertindak sebagai pendamping program ini,” katanya.
Lutfi berharap program Beasmu dapat memenuhi kebutuhan beras sehat di Jawa Barat dan menjadi ikon beras sehat di Indonesia. Selain itu, program ini juga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengurangan biaya produksi dan peningkatan hasil pertanian.
“Melalui Beasmu, Muhammadiyah Jawa Barat berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat dan kesejahteraan petani, sekaligus membangun ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan,” pungkas Lutfi. (*)
Penulis Feri Anugrah Editor Wildan Nanda Rahmatullah