Prinsip Dakwah yang Merangkul Semua Golongan
“Prinsip-prinsip nilai yang menjadi pegangan hidup adalah bahwa tujuan kita adalah membawa kebaikan bersama. Dalam hal ini, kita mengacu pada kebijakan Muhammadiyah. Prinsip Muhammadiyah selalu merangkul, tetapi bukan oportunis.”
“Muhammadiyah itu prinsipnya merangkul, tapi bukan oportunis. Maksudnya begini: saat pemilihan ketua daerah, kita tidak memberikan dukungan khusus. Namun, prinsip kita adalah merangkul. Apa pun bisa kita terima, tidak harus bersikap karena tujuan kita adalah dakwah, bukan tujuan politik.”
Dalam dakwah, Muhammadiyah memiliki tujuan yang inklusif. Prinsipnya tidak hanya merangkul sesama Muslim, tetapi juga terbuka untuk non-Muslim.
Sikap keterbukaan ini menunjukkan bahwa dakwah Muhammadiyah bukan untuk kepentingan oportunisme, melainkan untuk mengajak sebanyak mungkin orang menuju kebaikan bersama.
Dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip Khairu Ummah, Muhammadiyah mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun, tanpa mengorbankan nilai-nilai yang dijunjungnya.
Oleh karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk terus memelihara prinsip-prinsip utamanya sebelum mengambil langkah yang lebih tegas.
Masa Depan Muhammadiyah yang Terus Berkembang
Pendekatan melalui dakwah dengan cara merangkul menjadi kunci keberhasilan.
Jika ini dilakukan secara konsisten, insya Allah, Muhammadiyah akan terus berkembang di mana pun dan kapan pun.
“Sehingga tidak ada alasan untuk memusuhi Muhammadiyah. Memang, yang namanya musuh itu selalu ada. Sebaik apa pun, pasti ada yang tidak suka.
Namun, karena kita berpegang pada prinsip dakwah, mereka yang tidak suka bukan berarti harus kita musuhi.
InsyaAllah, tujuan Muhammadiyah kembali ke Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu membawa ke pintu gerbang surga, Jannatun Na’im.
Artinya, tujuan kita ini adalah menuju pintu surga, bukan hanya dunia fana. Prinsip inilah yang selalu mengatakan bahwa autisme harus diimbangi dengan profesionalisme,”jelasnya.
“Bahwasanya, PCM Sepanjang sekarang menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Saya selalu mengatakan bahwa di Muhammadiyah itu seperti orang yang memiliki satu botol air mineral, kira-kira bisa membawa ke gerbang Jannatun Na’im,” tuturnya.
“Selanjutnya, jangan pernah menjadi pimpinan cabang atau daerah Muhammadiyah seumur hidup. Serahkan kepada yang lebih muda dan profesional. Jika tidak ada pembaruan dan pemikiran baru, kita akan tertinggal.
Namun, insya Allah, meskipun sudah pensiun dari Muhammadiyah struktural, pahalanya akan berlipat ganda dan akan membawa kita ke pintu gerbang Jannatun Na’im,” pungkasnya.
Penulis Nashiiruddin Editor Wildan Nanda Rahmatullah