PWMU.CO – Perebutan kuasa ideologi antara kelompok ‘moderat’ (wasathiyah) versus kelompok radikal di lingkungan Muhammadiyah menjadi bahasan menarik dalam seminar dan bedah buku berjudul ‘The Clash of Muhammadiyah Ideologi’.
Sebanyak 300 peserta (mahasiswa, dosen dan aktivis) antusias ikut ambil bagian dalam kajian yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Studi Agama-Agama(HIMASA) Universitas Muhammadiyah Surabaya di aula kampus UMSurabaya, Senin (2/10).
Sholihul Huda MFilI, penulis buku yang juga sebagai pemateri memaparkan, fenomena pertarungan ideologi radikal versus moderat di Muhammadiyah disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena faktor internal. Yakni, kritik atas kondisi internal Muhammadiyah. Kelompok ini menilai bahwa model dakwah Muhammadiyah kurang keras. Bahkan, dinilai terlalu lembak. Kedua, lanjut Sholik, adalah karena faktor eksternal. Yakni, karena arus globalisasi dan informasi serta menyebarnya ideologi Islam transnasional.
”Kedua faktor tersebut menjadikan sebagian aktivis Muhammadiyah terpengaruh dan terlibat pada gerakan Islam radikal. Sehingga saat mereka kembali lagi ke Muhammadiyah masih membawa ideologi radikal. Itu membuat terjadinya clash atau benturan,” ungkapnya.
Benturan ideologi ini, lanjut Sholik, kemudian berdampak kepada dua hal. Dampak pertama adalah terjadi pergeseran ideologi yang semula modert-lembut, kini bergeser ke ideologi radikal-mengeras. Juga, terjadi erosi (pelemahan) ideologi.
Dampak kedua adalah adanya pergeseran dan perubahan relasi sosial keagamaan. ”Secara sosiologi ada pergeseran dari tradisi sosial-keagamaan Muhammadiyah ke tradisi kelompok Islam radikal atau bisa disebut gejala arabisme sosial-keagamaan,” paparnya.
Di sisi lain, Prof Zainuddin Maliki memotret fenomena pertarungn ideologi moderat-radikal-liberal dikalangan Islam terjadi sejak era reformasi. ”Ketiga ideologi tersebut, tarik menarik kuasa ideologinya dikalangan masyarakat dengan klaim-klaim kebenaran masing-masing,” ungkapnya.
Seminar dan bedah buku ini terselenggara atas support oleh PPAIK UMSurabaya, Laboratorium Kajian Agama dan Budaya (LKAB) UMSurabaya, serta Jurnal Al Hikmah.(aan)