Penulis Imam Robandi – Guru Besar, dan Alumni Tottori University, Japan
PWMU.CO – Saya sangat kaget pagi itu karena sudah ada ribuan siswa yang sudah berkumpul dari berbagai penjuru di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kebayoran Baru, Jakarta, atau sering disebut Perguruan Muhammadiyah Limau. Mereka berasal dari berbagai macam sekolah.
Acaranya adalah olimpiade internasional yang diberi nama International Olympiad of Qur’an, Science, and Technology (INOQS). Ini adalah bentuk olimpiade yang bertaraf internasional (antarabangsa) yang perancangannya adalah sangat kreatif, kulturis, dan futuristik.
Sebuah olimpiade yang sangat besar dimensinya dan diselenggarakan oleh sebuah pimpinan cabang, setingkat kecamatan, namun penyelenggaraannya adalah sangat modern dan professional di tengah-tengah isu kurikulum merdeka yang sering masih tidak merdeka.
Konsepnya dirancang secara professional dan sangat horizontal, pendek kata adalah sebuah olimpiade kekinian di alam merdeka belajar. Sebuah manajemen desentralistik yang praktis, mudah dilakukan, dan berprospek jangka panjang.
Sebuah ciri khas sistem yang berkemajuan (progresif) telah dicoba untuk diaplikasikan pada manajemen tingkat cabang dalam rangka membesarkan organisasi, umat, dan kemajuan bangsa.
Maju Bersama
Lebih dari 1400 peserta olimpiade, dan ribuan lagi sebagai peserta simposium, dan sebagian lagi adalah pembangun jaring kerja (networking). Ini adalah unik, karena sebuah simposium dikolaborasi dengan sebuah olimpiade yang berjalan bersama dan harus selesai dalam satu hari, tidak bertele-tele, dan tidak memboroskan.
Para siswanya datang ke Jakarta untuk berolimpiade, sedangkan para guru, para kepala sekolah, pengurus yayasan (organisasi pendidikan), dan para orangtua datang untuk mengikuti simposium.
INOQS disusun secara kolaboratif, dan sekaligus sebagai ajang silaturahmi. Simposium, olimpiade, silaturahim, dan membangun jaring kerja yang efektif digelar dalam satu acara dengan kemasan yang sangat hidup dan berwibawa.
Acara ini diikuti oleh para siswa dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas dari berbagai negara (Malaysia, Saudi Arabia, Yaman, Maladewa, dan Tiongkok) dan juga para peserta yang berdatangan dari berbagai kota dan daerah di seluruh Indonesia.
Bagi yang tidak dapat datang ke Jakarta diberi ruang olimpiade melalui zoom secara dalam jaringan (online) dan ini adalah manajemen modern yang sangat fleksibel dan sesuai dengan era generasi milenium.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah telah membuka jalan untuk membangun kerja sama dengan sekolah-sekolah di luar negeri melalui kegiatan olimpiade antarabangsa.
Ini adalah menjadi sebuah kemajuan yang sangat berarti dan menjadi penambahan wawasan baru untuk sekolah-sekolah Muhammadiyah yang semakin mengglobal, karena olimpiade yang sering dilakukan selama ini adalah pertandingan yang hanya dilakukan oleh antara sekolah Muhammadiyah yang berhadapan dengan sekolah Muhammadiyah.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah telah membuka diri selebar-lebar mungkin untuk bertanding, bergaul, dan bersahabat dengan sekolah-sekolah di dunia. Ini adalah salah satu kata kunci dari INOQS yang sangat menarik.
Topik simposium yang digelar oleh INOQS adalah Pencerahan Pendidikan dan Peradaban dengan pembicara kunci adalah saya dan Rocky Gerung, dengan seorang pembicara undangan (invited speaker) dari Perth, Australia.
Teknologi dan sains yang sedang berkembang dengan sangat cepat harus dibarengi dengan kekuatan sumber daya manusia yang memadai secara lahir batin. Teknologi dapat membuat sebuah kemakmuran dan juga dapat sebaliknya yaitu menyengsarakan umat manusia.
Penguasaan teknologi, deep learning, kecerdasan artifisial, dan aplikasi pembelajaran yang selalu bergerak maju di setiap saat harus bersamaan dengan para pemilik semangat yang gigih yang selalu adaftif dalam menjaga pertumbuhan sekolah.
Setiap satuan pendidikan harus berbenah diri dengan manajemen yang terukur dan harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang serba cepat. Hal ini membutuhkan energi yang cukup dan penguasaan keilmuan dalam hal manajemen yang serba strategis dan tepat sasaran (presisi).
Silaturahim antara komponen pendidikan untuk saling bertukar informasi tentang kemajuan masing-masing institusi adalah menjadi keniscayaan di era yang hampir semua variabel kemajuan saling tergandeng.
Kompetisi antara sekolah kita yang dulu sering digaungkan. sekarang harus sudah saling berkolaborasi dengan sekolah lain agar menjadi kemajuan yang mengkristal secara bersama.
Desentralisasi Olimpiade
INOQS adalah sebuah manajemen desentralisasi, yang di banyak tempat sudah lebih dari satu dekade telah berkembang dengan sangat cepat. Organisasi modern secara masif telah menggeser atau membagi tugas dari sistem terpusat menjadi sistem terdistribusi (desentralisasi).
Olimpiade yang bersifat sentral (sentralisasi) sudah ditinggalkan oleh banyak masyarakat. Olimpiade yang mengharuskan para pesertanya diseleksi dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi sudah dinilai sebuah manajemen yang tidak efektif karena membuang waktu, energi, birokratif, dan mengeluarkan beaya yang sangat banyak.
Para panitia olimpiade matematika, robotika, kimia, fisika, dan yang lain di luar negeri sudah sangat sadar dengan meniadakan sistem perwakilan negara, wilayah, atau kota yang sangat birokratif dan membuang waktu.
Semua dan siapa saja boleh mendaftar sebagai peserta dengan kriteria yang sudah ditentukan. Ini adalah sangat memudahkan dan sangat praktis di era manusia modern yang serba sibuk.
INOQS di Jakarta telah berlatih dan belajar melakukan ini, dan ini adalah harapan baru bukan hanya untuk sekolah-sekolah Muhammadiyah saja, tetapi juga untuk sekolah-sekolah secara luas di tanah air.
Memang, peralihan dari sistem sentralisasi menuju ke desentralisasi adalah tidak mudah. Hal ini membutuhkan manusia modern yang sudah disiapkan secara profesional. Pelatihan-pelatihan secara berjenjang tentang manajemen modern harus dilakukan secara berkala dan menyeluruh.
Budaya dan tradisi birokratif yang panjang dan melelahkan dalam berolimpiade sudah harus menjadi masa lalu dan diganti dengan tradisi yang ringkas dan berprospek.
Ini adalah tidak mudah karena harus memotong satu generasi, tetapi ini tidak berlaku untuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kebayoran Baru. Mereka para pimpinan muda telah menjadi ‘ing ngarso sung tulodho’, yaitu di depan untuk menjadi pionir perubahan.
Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun