PWMU.CO – Dengan abstraksi paper (karya ilmiah) yang berjudul “Etika Pemerataan Pembangunan di Indonesia: Upaya Mempererat Kebhinekaan dan Melawan kesenjangan”, Dosen Ummad (UMJT) dapat mengikuti Kongres Pancasila XII 2024, Kamis -Jumat (26-27/9/2024).
Kongres Pancasila XII 2024 dilaksanakan Pusat Studi Pancasila, Universitas Gadjah Mada, dosen UMMAD tersebut, Muhammad Rifaat Adiakarti Farid menjadi bagian dari lebih dari 200 civitas akademika berbagai perguruan tinggi di tanah air.
Mengenai substansi judul abstraksinya itu, Rifaat (panggilan akrab) menerangkan mengenai tidak selesainya problem kesenjangan wilayah dalam pembangunan di tanah air.
Hal ini bisa dilihat dari masih terjadinya kesenjangan Jawa dan luar Jawa ataupun dalam lingkup yang kecil antara kota dengan desa.
“Pemerintah bukannya tanpa usaha untuk mengembangkan wilayah-wilayah yang ada. Misalnya dengan pengembangan wilayah khusus dengan mengatakan antar wilayah agar tercipta pusat-pusat pertumbuhan,” terang Dosen Prodi Kessos UMMAD tersebut.
Sehingga munculah kawasan antar perkotaan seperti Jabodetabek, Joglosemar, Gerbangkertasusila, dan lain-lain.
Problemnya adalah, Menurut Rifaat, tidak ada visi dan misi yang jelas dibalik pengembangan wilayah guna memacu pusat-pusat pertumbuhan tersebut.
Apalagi desentralisasi menjadikan kepala daerah memiliki kekuasaan yang mutlak serta absolut, maka yang terjadi selanjutnya adalah egoisme antar daerah.
Antara daerah yang satu dan daerah yang lain, sama-sama mempunyai kepentingan terhadap daerahnya sendiri.
“Maka masalah pokok yang harus dipecahkan adalah adanya konsepsi kuat untuk jangka waktu yang panjang yang dilandasi keadilan sosial, serta adanya sistem ekonomi politik negara yang tidak memihak terlalu kuat pada wilayah tertentu,” terang Rifaat.
Caranya bagaimana memberi kemandirian sekaligus dukungan kepada sebuah wilayah sehingga mereka memiliki daya saing.
Menurut Rifaat, membangun keutuhan Indonesia tidak bisa dilakukan secara parsial namun butuh peran segenap komponen bangsa.
Peran tersebut harus dimulai sejak dini dengan memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup universal.
Nilai universal dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat terdapat dalam Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa Indonesia.
“Pemerintah harus mulai bisa melihat hal ini sebagai potensi dan prioritas agar tidak ada lagi disparitas dan tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelas Rifaat.
Kongres Pancasila
Kongres Pancasila sendiri merupakan kegiatan prestisius yang dilaksanakan Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM).
Untuk bisa mengikuti Kongres Pancasila ini peserta harus lolos seleksi karya ilmiah (call for papers).
Papers yang dibuat Rifaat itu dipresentasikan di bagian Tema II Kongres Pancasila XII yang mengusung tema Refleksi Moral Aktualisasi Pancasila dalaM kehidupan Berbangsa dan Bernegara bersama 106 papers lainnya. (*)
Penulis Pujoko Editor Wildan Nanda Rahmatullah