Oleh Piet Hizbullah Khaidir – Sekretaris PDM Lamongan
PWMU.CO – Selamat kepada wisudawan dan wisudawati. Semoga capaian ini merupakan peluang bagi terbukanya pintu masa depan anda sekalian yang lebih menjanjikan, yang lebih maju, dan yang lebih konkret bermanfaat untuk Lamongan, untuk Jawa Timur, untuk Indonesia, untuk Semesta.
Kelulusan anda sekalian harap dipahami sebagai pintu awal menuju pintu-pintu bahtera ilmu selanjutnya. Yang akan membawa anda sekalian kepada kesuksesan lahir batin, kebahagiaan lahir batin, kesejahteraan dan kemakmuran lahir batin. Aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin.
Kemajuan sebuah perguruan tinggi itu karena tiga hal:
- Konsen PT pada visi misi riset dan perubahan sosial tertentu
- Fasilitas yang dipunyai
- Alumninya lahir sebagai perwujudan dari visi misi riset dan perubahan sosial yang dicita-citakan
Saya ingin bawa hadirin kepada peta PT pada jaman Yunani, Mesir, Persia, India, Arab Islam, Islam Abad Pertengahan, dan PT-PT di Eropa belakangan ini.
Nilai utama mereka adalah cinta ilmu, cinta kerja keras, dan cinta spiritualitas. Kemajuan mereka ditopang oleh cinta ilmu, cinta kerja keras, dan cinta ibadah.
Kehebatan mereka berpondasikah kesederhanaan, tirakat, zuhud, sikap dengan penuh integritas terhadap ilmu, kerja keras dan ibadah.
Pondasi-pondasi tersebut sungguh telah membawa mereka kepada kemajuan. Mereka Islami meski bukan Islam. Mereka memraktikkan Islam, meski bukan Islam. Mereka belajar dari kemajuan Islam abad pertengahan. Hingga hari ini.
Tengoklah perpustakaan-perpustakaan di kampus-kampus Eropa. Selalu penuh. Pada awal jam buka pukul 07:00 pagi hingga pukul 02:00 dini hari. Jadwal perpustakaan adalah surga mereka untuk berkelana dalam balutan ilmu, amal, dan ibadah. Perpustakaan itu hening dalam aktivitas baca, meski dengan lonjakan jumlah mahasiswa/wi pengunjung yang memenuhi bangku-bangku tempat mereka membaca.
Kita tidak cinta baca. Tidak cinta ilmu. Tidak suka kerja keras. Enggan berkhidmah dalam spiritualitas. Kita ingin maju. Tapi, hanya dengan angan. Ini harus kita ubah. Ini harus kita perbaiki.
Maka, mari kembali kepada jati diri kader-kader Muslim di jaman Nabi. Kader-kader muslim di jaman sahabat, Tabiin, dan Tabiut Tabiin. Juga pada jaman kejayaan Islam. Generasi pada jaman itu memandang perolehan ilmu sebagai pencapaian sejati. Bukan sekedar jadi apa, tapi tanpa ilmu. Sehingga cuma coba-coba.
Maaf agak nylimur dikit nggih……
Maka milih pemimpin, nggak boleh yang coba-coba. Amanah harus dijaga. Menjaga Amanah adalah keniscayaan. Menuntaskan Tugas yang tertunda adalah kebajikan dan kesalehan. Pilih yang sudah berpengalaman dengan prestasi yang gemilang. Pilih yang sederhana dan mumpuni. Pilih yang bukan kaleng-kaleng. Hindari calon yang hanya coba-coba yaaa….jangan pilih yaa. Jangan yaa dek yaa. Jangan yaa dek yaa
Ketika memasuki dunia riil, dunia persaingan antar alumni kampus-kampus manapun. Penentu keberhasilan adalah:
1. Kemauan untuk selalu belajar dan belajar
2. Kemauan untuk selalu maju dan maju
3. Kemauan untuk selalu kolaborasi dengan siapapun untuk tujuan kemaslahatan dan kemanfaatan universal
Maka alumni harus punya tiga hal yang harus dipahami sebagai kader-kader Muhammadiyah. Sibghah (celupan) anda sekalian adalah Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah sebagai soko guru visi misi dan spiritualitas bermuhammadiyah; karakter keyakinan anda sekalian adalah Ideologi Tauhid dan Tajdid Muhammadiyah yang selalu menjadi dasar inovasi dalam perkembangan zaman; panduan peran dan fungsi anda sekalian dalam berkiprah dan berdakwah di ruang publik adalah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Bawa Muhammadiyah semakin berkibar dan bermanfaat
Bawa Muhammadiyah semakin menjulang dengan karakter anda sekalian yg berilmu dan tetap rendah hati
Bawa Muhammadiyah mengarungi dunia, dengan dakwah yang santun, bermanfaat dan mencerahkan.
Bawa Muhammadiyah dengan tampilan kesalehan individual, kesalehan sosial, dan kesalehan digital.
Bawa Muhammadiyah dengan penuh integritas dan penghargaan kepada nilai-nilai kemanusiaan sebagai pengejawantahan Islam rahmatal lil ‘aalamiin.
‘ibrah dari Paman Apiq:
Walau hanya sekejap
Hidup di dunia fana
Tuliskan sebuah nama
Bumi langit boleh bangga
Walau banyak tergoda
Walau ternoda dosa
Segera bersihkan semua
Selama waktu ada
Urip iku urup
Hidup itu menyala
Menebarkan nyala cahaya
Ke seluruh penjuru semesta
Menyinari sudut-sudut hati
Memberi arti kepada sunyi
Butuh mentalitas yang kuat. Mentalitas yang terlatih. Mentalitas yang selalu ingat tujuan Awal. Bahwa belajar itu lillaah. Dan untuk membahagiakan kedua orang tua kita. Orang-orang terdekat kita.
Nashrun minallaah wa fathun qariib wa basysyiril mukminin. Wassalaamu ‘alaikum wr wb (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah