Contoh di Dalam Al-Quran
Seperti dalam Surah Al-Kahfi: 9-26, tentang Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang tidur selama ratusan tahun dan tubuh mereka tetap terjaga adalah salah satu contoh yang sering dikaitkan dengan karamah.
Dalam surat yang lain, Surah Maryam ayat 25-26, dikisahkan tentang bagaimana perempuan suci Maryam yang diperintahkan oleh Allah untuk menggoyangkan pohon kurma dan memperoleh buahnya saat ia sedang dalam kondisi lemah hamil besar dan melahirkan. Ini juga sering dianggap sebagai bentuk karamah.
Sedangkan dalam hadis, terdapat berbagai riwayat yang menunjukkan peristiwa luar biasa yang dialami oleh para sahabat dan tabi’in.
Salah satu contohnya adalah kisah Uwais Al-Qarni, seorang tabi’in yang dikenal sebagai wali Allah. Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in itu adalah orang yang bernama Uwais. Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya.”
Tentang karamah ini, Imam An-Nawawi dalam “Al-Majmu” dan Ibnu Taimiyah dalam “Al-Furqan bayna Awliya’ ar-Rahman wa Awliya’ asy-Syaithan” mengakui adanya karamah dan menyatakan bahwa hal ini adalah bukti dari kedekatan seseorang dengan Allah. Namun, mereka juga menekankan bahwa karamah tidak bisa menjadi dasar atau alasan bagi seseorang untuk merasa lebih tinggi atau istimewa di atas yang lain.
Hal mendasar lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana kita mempersepsi karamah. Karamah ini bisa dianalogikan dengan mainan. Ibaratnya seorang anak kecil yang sedang berjalan menuju masjid. Di tengah perjalanan ia menjumpai mainan.
Pertanyaannya, apakah sang anak akan terus berjalan ke masjid atau akan asyik-masyuk bermain-main dengan mainan. Karamah itu adalah mainan yang menggoda, jika tidak mampu istiqomah maka ia akan melupakan hakikat perjalanannya menuju masjid.