PWMU.CO – Membangun Karakter Mukmin yang Kuat menjadi tema Pengajian Ahad Pagi Masjid Al Ihsan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kalibaru, Banyuwangi, Ahad (6/10/2024).
Safrizal Mohammad Arifin, Mundir MBS Cakru Kencong Jember, berkesempatan untuk menyampaikan materi tersebut. Beliau saat ini juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah Jember.
Pada awal penyampaian materinya, Safrizal mengajak seluruh jamaah untuk menguatkan niat dalam melakukan kebaikan. Menurutnya, niat yang kuat merupakan salah satu ciri karakter mukmin yang sejati.
Tidak semua niat yang direncanakan dapat terlaksana. Misalnya, niat yang sudah diniatkan jauh-jauh hari, bahkan diucapkan, bisa saja tidak terlaksana karena terhalang oleh keadaan.
Seseorang bisa saja berniat untuk berangkat ke pengajian, namun tiba-tiba hujan deras menghalanginya. Namun, jika niat itu tertanam kuat di dalam hati, apa pun alasannya, akan selalu diusahakan, meskipun berat.
Seorang mukmin yang sudah berniat melakukan kebaikan, akan diberikan satu pahala oleh Allah, meskipun niat itu belum bisa terlaksana. Apabila niat tersebut terlaksana, maka dia akan mendapatkan dua kebaikan sekaligus.
Oleh karena itu, Safrizal mengingatkan pentingnya segera menunaikan niat tersebut, tanpa menunda-nunda waktu. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. ali-Imran ayat 133. ‘Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.’
Keimanan, Ilmu, dan Fisik yang Kuat
Untuk membangun karakter mukmin yang kuat, diperlukan setidaknya empat pilar: iman yang kuat, ilmu yang kuat, fisik yang kuat, dan ekonomi yang kuat.
Pertama, iman yang kuat. Allah berfirman, “Barang siapa mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami pasti akan berikan kehidupan yang baik. Kami juga akan memberi balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Keimanan kepada Allah meliputi pengakuan dalam hati, pengucapan melalui lisan, serta ekspresi dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya hidup sehari-hari seorang mukmin seharusnya menjadi refleksi dari keimanannya, menghasilkan perilaku yang mendukung kebutuhan spiritual dan jasmani.
Kedua, ilmu yang kuat. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Ilmu merupakan kekhususan yang diberikan oleh Allah hanya kepada manusia. Ilmu juga menjadi sarana untuk mengantarkan manusia menuju kebajikan dan ketaqwaan.
Dengan memahami keutamaan ilmu, seharusnya setiap muslim termotivasi untuk bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Dalam al-Quran dan hadis, keutamaan ilmu disebutkan berulang kali, menggarisbawahi pentingnya pendidikan bagi setiap mukmin.
Fisik dan Ekonomi yang Kuat
Ketiga, fisik yang kuat. Dalam sejarah Islam, para sahabat Nabi dikenal sebagai pribadi yang memiliki fisik kuat. Mereka adalah para pekerja keras, terampil dalam berkuda, memanah, serta menguasai berbagai keterampilan kanuragan.
Dengan fisik yang kuat, para sahabat mampu mendampingi Nabi Muhammad dalam menyebarkan dakwah Islam dan berperan dalam berbagai pertempuran penting yang membela agama Islam.
Kekuatan fisik menjadi modal utama dalam menjaga kesehatan, stamina, dan ketahanan seorang mukmin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan dan ibadahnya.
Keempat, ekonomi yang kuat. Salah satu contoh sahabat Nabi yang memiliki kekuatan ekonomi luar biasa adalah Usman bin Affan.
Kekayaannya yang melimpah digunakan untuk mendukung dakwah Nabi Muhammad. Maka, sudah seharusnya umat Islam meneladani semangat tersebut dengan membangun dan menguatkan ekonomi umat.
Kekuatan ekonomi umat Islam akan memberikan dampak signifikan dalam memperkuat dakwah dan memperluas pengaruh Islam di berbagai bidang kehidupan.
Dengan demikian, membangun karakter mukmin yang kuat tidak hanya terfokus pada satu aspek kehidupan, tetapi mencakup iman, ilmu, fisik, dan ekonomi yang kuat.
Keempat pilar ini saling mendukung dan memberikan fondasi yang kokoh bagi seorang mukmin dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta menjalankan perannya dalam masyarakat.
Penulis Sarwito Editor Zahra Putri Pratiwig