PWMU.CO – Aeshnina Azzahara Aqilani, Siswi Kelas XII SMA Muhammadiyah 10 Gresik (Smamio) menghimbau perwakilan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan segera untuk melindungi kesehatan anak dari bahaya pencemaran plastik dan mikroplastik.
Pada Dialog The ASEAN Intergovernmental Commission on Human Right (AICHR) tentang Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak General Comment No. 26 yang dilaksanakan pada Kamis (2-3/10/2024) di Makati, Filipina.
Nina — sapaan akrabnya, hadir dalam Dialog ASEAN memenuhi undangan office of the Philippines Representative to AICHR Departement of foreign affair (Kantor Perwakilan Filipina untuk Komisi Antarpemerintah tentang Hak Asasi Manusia ASEAN departemen Luar Negeri Phillipina)
“Kesehatan anak-anak dalam bahaya,” kata Nina saat menceritakan kisahnya dalam perjuangan melindungi sungai di komunitas dan negaranya dalam dialog yang dihadiri oleh perwakilan dan pemangku kepentingan negara-negara ASEAN.
Ia juga menekankan meningkatnya dampak plastik dan mikroplastik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan anak-anak.
“Saat ini telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku konsumtif dan penggunaan plastik sekali pakai telah menyebabkan kontaminasi mikroplastik di Udara, Air, dalam tanah, sayuran dan ikan bahkan telah ditemukan mikroplastik dalam darah, ginjal, otak, hati, paru-paru” ungkap nina saat presentasi sambil menunjukkan data kompilasi jurnal ilmiah.
Lebih lanjut Co-Captain Komunitas River Warrior Indonesia menjelaskan bahwa penduduk ASEAN di Indonesia, Philiphina, Malaysia masuk dalam kategori negara dengan penduduk pemakan terbanyak mikroplastik.
Saat berbagi pengalamannya di hadapan peserta Dialog ASEAN, Nina juga membawa 2 toples berisi replika bayi. Nina menjelaskan, saat ini bayi terancam terkena mikroplastik karena penelitian terbaru yang dilakukan Ecoton di Indonesia menemukan adanya kontaminasi mikroplastik pada ASI, plasenta, dan cairan ketuban.
“Dengan adanya peraturan pengurangan plastik, bayi dapat terselamatkan dari ancaman mikroplastik,” kata Nina.
Peserta yang hadir antara lain Intergovernmental Commission on Human Rigths (Komisi Antar Pemerintah untuk Hak Asasi Manusia) Negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Indonesia, Kamboja, Vietnam, Thailand, Singapura dan Phillipina, UN Committee on the Rights of the child (Komite PBB tentang Hak Anak), Perwakilan UNICEF, UNDP.
Suara Anak Muda Harus Direspon!
Nina menceritakan bahwa dia memulai aktivitas aktivisme lingkungannya ketika dia masih berusia 12 tahun dan sekarang dia berusia 17 tahun. Dia telah berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa, dan penelitian tentang plastik, mengirimkan surat protes kepada pemimpin negara-negara pengirim sampah ke Indonesia, serta memulai pengembangan kapasitas dan pengorganisasian pemuda di sekolah dan komunitasnya melalui komunitas River Warriors.
Dia telah mengirim surat kepada pemerintah negara-negara Maju seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, dan Belanda meminta mereka untuk tidak membuang sampah di Indonesia.
“Saya Senang karena negara-negara maju merespon surat saya, bahkan Uni Eropa akan menghentikan ekspor sampah ke Indonesia pada Tahun 2026, Tapi saya kecewa karena beberapa kali menulis surat kepada pemerintah Indonesia namun belum mendapat tanggapan apa pun,” ungkap Nina.
Ketika ditanya tentang pentingnya partisipasi pemuda dalam mengatasi permasalahan lingkungan, Nina berkata, “Suara pemuda sangat kuat dan nyata”.
“Jika diberi lebih banyak kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya, anak-anak dapat menyumbangkan wawasan yang berharga, dan akan sangat baik jika mereka juga diberi lebih banyak kesempatan untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan,” tambahnya.
“Suara anak muda harus mendapat perhatian dari Pemerintah, maka Pemimpin Negara-Negara ASEAN harus punya mekanisme untuk merespon dan memberikan feedback sebagai bagian dari hak anak muda untuk mendapatkan akses keadilan dan kebebasan berekspresi yang menjadi bagian dari Hak Anak,” Ungkap Nina.
Dialog ini diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN bekerja sama dengan Koalisi Hak Anak Asia.
Dialog ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan AICHR Filipina sejak tahun 2018 untuk mempromosikan hak-hak anak di ASEAN yang bertujuan untuk menyediakan platform regional untuk membahas KHA PBB secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai kelompok dan pemangku kepentingan yang memiliki advokasi yang sama dengan AICHR dan Filipina mempromosikan hak-hak anak di wilayah tersebut.
Dialog tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman Negara-negara Anggota ASEAN (AMS) mengenai realisasi dan implementasi Konvensi PBB tentang Hak Anak, badan perjanjian hak asasi manusia yang paling banyak diratifikasi di dunia dan merupakan konvensi pertama yang diratifikasi oleh seluruh negara anggota ASEAN.
Dukungan sekolah
Kepala Smamio, Ulyatun Nikmah MPd turut berbangga dengan prestasi anak didiknya tersebut. Ia menyampaikan sekolah memberikan dukungan terhadap Aeshnina untuk melakukan aktivitas berkarya di luar sekolah dengan tetap memperhatikan tanggung jawabnya sebagai pelajar agar semuanya berjalan baik dan seimbang.
“Harapannya Aeshnina bisa menjadi tauladan yang mendorong motivasi sesama pelajar untuk bisa berprestasi sesuai bakatnya sampai ke manca negara dan ilmu yang diberikan memberikan kebermanfaatan bagi sesama. Tentunya ini merupakan kebanggaan sekolah kami yang siswanya dapat berkiprah untuk masyarakat dan negara,” pungkas Ulya — sapaan karibnya.
Penulis Novania Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun