Transisi Energi
Hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan oleh wacana gerakan organik dalam strategi kebudayaan ini. Antara lain adalah faktor-faktor yang turut berkontribusi dalam mendorong terjadinya perubahan iklim. Salah satunya adalah kebutuhan terhadap energi terbarukan. Tercatat, 54% produksi energi Indonesia masih bergantung pada penggunaan fossil, sementara proses produksi energi tersebut menyumbang emisi karbon terbanyak.
Angka tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata dan upaya untuk melakukan transisi energi harus segera diupayakan. Perlu dicatat, narasi “transisi” terbentuk disebabkan oleh jangka waktu perubahan yang tidak singkat, oleh karena itu perubahan kecil perlu dilakukan secara terus menerus untuk merajut simpul-simpul perlawanan terhadap perubahan iklim secara inklusif. Maka dari itu, strategi ini juga perlu mempertimbangkan dua dimensi kebudayaan, yaitu dimensi modern dan tradisional.
Pertama, strategi kebudayaan modern diperlukan untuk merebut wacana transisi energi di lingkup dunia maya dengan melepaskan masyarakat dari tempurung echo-chamber merekasecara bertahap. Wacana yang dipertarungkan akan lebih sulit jika ditampilkan dalam narasi-narasi apokaliptik yang sarat akan pesimisme. Sebaliknya, wacana perlu dibangun dengan narasi harapan serta optimisme untuk mengakomodir simpati serta kontribusi dari masyarakat.
Strategi modern ini dapat membantu mempromosikan kepada publik tentang berbagai gaya hidup yang mendukung perubahan transisi energi. Misalnya penggunaan transportasi umum bertenaga listrik perlu disorot sebagai gaya hidup yang kekinian. Selain berkontribusi mengurangi emisi karbon dengan tidak mengendarai kendaraan pribadi kovensional, status sosial yang lebih tinggi dapat diperoleh oleh mereka yang konsisten menggunakan transportasi umum tersebut dibandingkan yang belum menggunakan.
Kedua, strategi kebudayaan tradisional dibutuhkan untuk menerjemahkan pentingnya transisi energi dari skala global menuju lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkolaborasikan pengetahuan serta wawasan lokal untuk diberdayakan dalam memperjuangkan transisi energi ke berbagai jenjang usia sebagai proses afirmasi terhadap kebudayaan masyarakat lokal yang telah terbentuk.