Adapun Lex menjadi program kolaborasi dan jembatan dalam menjalin kerjasama antara UMM dan Singapore Polytechnic. Program itu jug didesain untuk mendorong mahasiswa UMM dan SP dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ditemukan dibeberapa desa yang ada di Malang serta Batu.
Di sisi lain, Salah satu pengunjung Nabila Eka tertarik dengan berbagai alat yang dipamerkan. Selain bisa melihat ide-ide menarik, pameran tersebut juga bisa menjadi wadah untuk menggunakan bahasa Inggris karena harus berbicara dengan mahasiswa Singapura.
“Prototipe yang paling menarik menurut saya adalah alat pembuat pupuk dari campuran serbuk kayu. Karena siapa sangka limbah serbuk kayu ternyata bisa dibuat menjadi campuran pupuk. Tentunya limbah tersebut dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,” ucapnya.
Adapun pengunjung acara pameran tersebut lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Hal itu tak lepas dari penungunjung yang terbuka untuk umum. Mulai dari siswa sekolah SD, SMP, SMA, warga, hingga mahasiswa. Apalagi dengan berbagai prototipe alat yang beragam dan menarik. (*)
Penulis Hassan Al Wildan Editor Amanat Solikah