PWMU.CO – Seperti biasa, pukul 06.00 WIB jamaah Pengajian Ahad Pagi Masjid At Taqwa WSI, Menganti, Gresik sudah berkumpul di masjid. Mereka telah siap untuk mengikuti pengajian.
Tapi, kali ini acara resmi pengajian baru dimulai 30 menit kemudian, setelah Ustadz Bangun Samudra hadir di tengah-tengah jamaah yang memadati masjid.
(BACA: Ustadz Bangun Samudra Ajak Umat Islam Hijrah untuk Gunakan Kalender Islam)
Sebelumnya, kepada panitia, Bangun Samudra telah memberi kabar bahwa dia tidak bisa tepat datang pukul 06.00. Pasalnya, usai Subuh mantan pastor itu masih memberi ceramah di Masjid Al Mukhti, Klampis, Surabaya.
Slamet Abadan yang menjadi panitia di Masjid At Taqwa menyampaikan, selain di Klampis dan Menganti, Ustadz Bangun Samudra juga terjadwal dalam 2 pengajian lainnya. “Masih ada jadwal di Majelis Taklim Al Hikmah ITS pukul 10,00 dan Majelis Taklim PKK Bronggalan Surabaya pukul 16.00,” jelasnya.
Padatnya jadwal ceramah Bangun Samudra menjadi salah satu bukti bahwa ceramahnya digemari umat. Di masjid At Taqwa sendiri, kehadiran pemilik nama asli Cristian itu mampu meningkatkan jumlah jamaah. Jika biasanya sekitar 150, maka kali ini memengkak menjadi 200 lebih. “Sebanyak 175 snack yang kami siapkan, tak mencukupi,” ujar Siti Rodhiyah, salah satu panitia.
(BACA JUGA: Kisah Calon Pendeta Maria Sugiyarti yang Akhirnya Dapat Hidayah Masuk Islam)
Apa yang membuat jamaah antusias mengikuti ceramahnya? “Kami ingin mendengarkan bagaimana pengalaman beliau dalam berpindah agama,” kata Hari Prasetyo, Pengurus Masjid At Taqwa yang ikut jadi peserta pengajian.
Selain alasan itu, PWMU.CO yang mengikuti ceramah selama satu jam lebih di Ahad (8/10/17) itu menemukan banyak joke-joke yang dilontarkan Bangun Samudra. Joke-joke itu semakin menarik ketika berkaitan dengan pengalamannya berpindah agama.
“Saya menganut agama lama selama 32 tahun. Dan saya masuk Islam dulu baru 2 tahun kemudian menikah. Sorry Bro! Saya masuk Islam bukan karena menikah. Saya pindah dulu baru menikah,” ujarnya seolah menyindir fenomena berpindahnya agama seseorang karena motif pernikahan.
Kontan joke seperti itu berhasil mengundang tawa hadirin. Gerr-gerran pun semakin keras ketika Bangun Samudra bercerita soal khitannya.
“Jangan ditanya kapan saya disunat (dikhitan, Red). Waktu sunat, susternya bilang: iki yo ngene tuwek-tuwek baru sunat,” kisahnya dalam bahasa campuran Indonesia-Suroboyoan, yang langsung disambar tawa hadirin.
(BACA JUGA: PP Diwakafi 50 Hektar dari Muallaf Tionghoa, Inilah Master Plan Pengelolaannya)
Gerr-gerran juga terjadi saat Bangun Samudra menjawab pertanyaan peserta, “Khusyuk mana ibadah dalam Islam dan agama sebelumnya?”
“Ya khusyuk Islam Bro! Di sana itu ndak khusyuk. Kenapa? Di sana (pria-wanita) campur. Pernah depan saya persis itu ‘Sundelbolong’. Yo opo arep ndongo?” kata dia. Sundelbolong dimaksudkan untuk merujuk wanita yang berpakaian tapi masih nampak keseksiaanya, misalnya punggungnya terlihat seperti cerita tradisional tentang hantu Sundelbolong yang berwujud wanita cantik tapi punggungnya berlubang. Sedangkan, lanjutnya, dalam Islam, ada hijab, pria dan wanita dipisah: shaf wanita di belakang barisan pria. “Sebelum shalat ada wudhu. Kalau di sana masio gak adus gak popo. Sepatu kena kotoran ayam pun gak apa,” kata Bangun, yang lagi-lagi, disambut gerrr jamaah.
Bukan hanya itu. Bangun Samudra berhasil menghibur jamaah dengan cerita ketika dia mempelajari Alquran saat masih menganut agama lamanya. Dan saat itu sedang belajar di salah satu Kota Suci agama tersebut.
Mula-mua dia membaca Alquran dari kiri ke kanan dan ketemu 3 surat terakhir Alquran. Maka ketika diketahui oleh dosennya dia ditegur, “Sudah selesai bacanya?” tanya dosennya. “Belum,” jawabnya. “Kok sudah sampai halaman terakhir. Islam itu kalau baca dari kanan ke kiri,” ujar dosennya.
Maka, Bangun Samudra pun menuruti dosennya. Dia membaca Alquran dari kanan. “Halaman satu saya lompati. Mohon maaf. Apa itu? Alfatihah. Kenapa? Sebab dalam kitab sebelumnya yang saya pelajari, halaman satu mesti kata pengantar atau sambutan. Tak pikir Alfatihah itu kata pengantar, makanya saya lompati,” cerita Bangun Samudra yang langsung bikin ngakak.
(BACA JUGA: Ceramah Ustadz Nababan yang Bikin Jamaah Perharsia Ngakak Pol)
Bangun Samudra melanjutkan kisahnya. Ketika membaca Albaqarah, banyak ayat yang menyinggung soal kekafiran. “Ending-endingya, gak uenak. Untuk orang kayak saya ini selalu disebut kafir. Kalau sudah kafir mesti dilanjutkan dengan ulaika ashabunnar hum fiha khalidun. Mikir aku. Nek tak terus-terusnsno rugi aku. Wis gak kawin, gak sugih, malah mlebu neroko. Minggat aku. Ternyata setelah menikah dahsyat. Ngerti ngene, gak biyen-biyen rabi,” ungkapnya yang disambut ketawa hadirin.
Uniknya, meski banyak joke, tapi isi ceramah Bangun Samudra sangat mengena dan berkesan. Seperti soal penyebutan hari Ahad yang selalu diingat jamaah. “Pertemuan berikutnya bukan hari Minggu, tapi Ahad,” kata Sukatmanto, Ketua Pengurus Masjid At Taqwa ketika Senin (9/10/17) malam melakukan rapat. (MN)