Empati antar Sesama
Bagi Muhammadiyah, saat ini bukan lagi sekadar berbicara tentang kerukunan antarumat beragama. Muhammadiyah telah menunjukkan bentuk kerukunan lewat kerja sama dengan berbagai umat, keyakinan, dan aliran.
“Kami tidak lagi membicarakan toleransi; Muhammadiyah telah memperlihatkan bentuk toleransi dalam tindakan,” tegas Saad.
Ia memberikan contoh berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang tetap menghormati hak pendidikan bagi para mahasiswa yang beragama selain Islam.
Lebih lanjut, Saad menawarkan konsep ‘Teologi Kasihan’. Jika setiap individu menanamkan dalam pikirannya bahwa perbedaan perlu dikasihani, maka empati dan rasa ingin melindungi akan tumbuh. Dengan rasa kasihan, kita dapat membangun empati antar sesama.
Menurut Saad, setiap agama mengajarkan kebaikan dan keselamatan, tentu dalam perspektif masing-masing. Dengan memahami perbedaan dan membangun komunikasi yang baik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis.
“Di era digital ini, akses untuk belajar tentang agama kita sendiri maupun agama lain semakin luas, dan ini sangat penting untuk membangun toleransi dan dialog yang lebih baik di antara sesama,” tutup Saad. (*)
Penulis Dzikrina Farah Adiba Editor Amanat Solikah