Wakil Ketua PCM Kenjeran, Nur Sugianto, mengawali diskusi mengenai nasib nelayan di Surabaya bersama PC IPM Kenjeran, Sabtu (12/10/2024). (Moch. Nor Alif Mu’iz/PWMU.CO).
PWMU.CO – Melalui kegiatan nonton film dokumenter bersama dengan judul ‘Merebut Pesisir’, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PC IPM) Kenjeran menginisiasi sebuah diskusi kritis mengenai nasib nelayan Surabaya.
Kegiatan tersebut berlangsung di SMP Muhammadiyah 15 Surabaya pada Sabtu (12/10/2024).
Film tersebut mengisahkan seorang pemuda yang menghadapi dilema kelanjutan profesi orangtuanya sebagai nelayan. Sejumlah proyek besar telah mengancam keberlangsungan hidup nelayan dan ekosistem laut Selat Madura.
Ajakan Pelajar Melek Situasi
Wakil Ketua Bidang MPK SDI PCM Kenjeran, Nur Sugianto, mengajak seluruh elemen masyarakat terutama pelajar untuk lebih melek terhadap situasi ini.
“Saatnya kita lebih memahami situasi terkini yang mana telah terjadi degradasi lingkungan di sekitar pesisir laut utara Surabaya. Sebuah tekanan proyek-proyek besar yang mengancam dan merusak lingkungan” terang Sugianto.
Tidak hanya itu, lanjut Sugianto, para penguasa akan merebut pekerjaan keseharian yang berada di pesisir laut. Para nelayan telah nyaman dan sudah memiliki keterikatan emosional yang tinggi.
“Bukan menambah kenyamanan kepada masyarakat, tetapi malah membuat kerusakan lingkungan yang mengakibatkan kehilangan pekerjaan bagi masyarakat” jelasnya.
Film dokumenter yang menyoroti kisah Jida, seorang pemuda yang berhadapan dengan dilema kelanjutan profesi orang tuanya sebagai nelayan ini berhasil menggugah kesadaran publik.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan, degradasi lingkungan pesisir, serta tekanan dari proyek-proyek besar telah mengancam keberlangsungan hidup nelayan dan ekosistem laut Selat Madura.
Pentingnya Belajar dari Film
Senada dengan hal itu, Head of Advocacy and Campaign Abdinesia M. Rusydan, menjelaskan pentingya belajar dari film tersebut, film yang selaras dengan realita kehidupan saat ini.
“Mereka di satu sisi, memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan laut dan warisan budaya nelayan. Di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada realitas pahit berupa ketidakpastian masa depan dan minimnya peluang ekonomi” terang Rusydan.
“Ancaman proyek-proyek strategis nasional semakin memperumit situasi. Pembangunan infrastruktur yang masif di kawasan pesisir seringkali mengabaikan aspek lingkungan dan sosial, sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan nelayan” ungkapnya.
Melalui acara ini, PC IPM Kenjeran berusaha menyuarakan dan mengadvokasi pelajar agar peduli terhadap nasib nelayan Surabaya yang semakin terpinggirkan.
“Harapannya, diskusi ini tidak hanya berakhir sebagai wacana, tetapi dapat mendorong langkah konkret untuk menyelamatkan profesi nelayan serta menjaga kelestarian laut Selat Madura demi keberlangsungan ekosistem” tambah Rusydan.
Di sisi lain, Tim pemenangan ErJi Abraham Adimukti menyatakan bahwa sebelum Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengambil cuti, beliau telah menandatangani penolakan terhadap Proyek Strategis Nasional ini.
Abraham juga menyerukan agar masyarakat terus mengawal bersama keputusan Pemerintah Kota Surabaya.
Penulis Moch. Nor Alif Mu’iz, Editor Danar Trivasya Fikri