Keempat, Muhammadiyah Dianggap Mirip dengan Wahabi.
Muhammadiyah sering dikaitkan dengan gerakan Wahabi dari Arab Saudi karena kesamaan dalam penolakan terhadap bid’ah dan praktik-praktik yang tidak memiliki landasan dalam al-Quran dan sunnah.
Faktanya, meskipun ada kesamaan dalam hal pemurnian ajaran Islam, Muhammadiyah memiliki karakteristik yang berbeda dari Wahabi. Muhammadiyah adalah gerakan Islam modernis yang lahir di Indonesia dengan fokus pada modernisasi pendidikan, kesehatan, dan sosial, serta adaptasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Muhammadiyah juga cenderung lebih moderat dan terbuka terhadap perkembangan zaman dibandingkan dengan gerakan Wahabi yang lebih konservatif.
Kelima, Muhammadiyah Tidak Suka Ziarah Kubur.
Muhammadiyah dianggap anti terhadap praktik ziarah kubur, yang sering dilakukan oleh umat Islam di berbagai daerah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur atau wali.
Faktanya, Muhammadiyah tidak melarang ziarah kubur, karena bagian dari sunnah, tetapi menentang praktik ziarah kubur yang diwarnai oleh tindakan syirik, seperti memohon bantuan dari arwah orang yang sudah meninggal atau menganggap kuburan sebagai tempat keramat.
Rasulullah pernah melarang ziarah kubur kemudian memerintahkannya. Perintah setelah larangan menunjukkan perhatian dan perintah lebih untuk berziarah. Namun juga harus memperhatikan illat hukumnya kenapa pernah dilarang.
Muhammadiyah mengajarkan bahwa ziarah kubur disunnahkan selama dilakukan sebagai pengingat akan kematian dan tidak melibatkan tindakan yang bertentangan dengan tauhid.
Ziarah kubur dilakukan untuk mengingat kematian, mengenang jasa yang telah meninggal dan mendoakannya.
Perilaku para peziarah yang menjadikan makam para ulama sebagai danyangan, bahkan ada uang menggunakan untuk pesugihan yang dilarang.
Jadi bukan sunnah ziarahnya yang dilarang, namun prilaku peziarah yang melanggar syariat yang dilarang. Adapun masalah khilafiyah seputar sunnah ziarah harus tetap dikaji dalam konteks keilmuan fikih dan harus saling menghormati.
Namun ada juga warga Muhammadiyah yang salah paham sehingga enggan untuk berziarah, padahal Rasulullah selalu berziarah ke makam Baqi mendoakan para sahabatnya yang telah gugur mendahuluinya.
Keenam, Muhammadiyah Terlalu Fokus pada Pendidikan Sekuler.
Muhammadiyah sering dianggap lebih mementingkan pendidikan sekuler dan kurang dalam hal pendidikan agama, karena sekolah-sekolah Muhammadiyah dikenal fokus pada kurikulum umum.
Faktanya, Muhammadiyah memang menekankan pentingnya pendidikan umum dan ilmu pengetahuan modern, namun ini tidak berarti mereka mengabaikan pendidikan agama.
Muhammadiyah percaya bahwa pendidikan agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan seiring, dan banyak lembaga pendidikan Muhammadiyah yang juga mengajarkan agama Islam secara mendalam.
Namun stereotip sekuler ini harus menjadi koreksi dan instropeksi Muhammadiyah agar juga memperhatikan lebih spesifik keilmuan yang mendorong lahirnya ulama-ulama yang fasih berbicara agama, menguasai ilmu alat, bahasa arab, ushul fikih, hadits dan al-Quran dengan perspektif yang komprehensif dan berkemajuan.