PWMU.CO – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar pengajian bertajuk “Kedaulatan Budaya: Refleksi Sumpah Pemuda untuk Indonesia Raya” secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini dibuka oleh Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Irwan Akib MPd dan menghadirkan Duta Besar Indonesia untuk Lebanon Drs H Hajriyanto Y. Tohari MA sebagai narasumber kedua, Jumat (18/10/2024).
Dalam paparannya, Hajriyanto Y. Tohari menekankan pentingnya mempertahankan kedaulatan budaya Indonesia agar tidak terhegemoni oleh budaya asing.
“Kedaulatan budaya berarti memastikan budaya kita tetap kokoh di tanahnya sendiri dan tidak kalah oleh budaya lain. Hegemoni budaya terjadi ketika suatu budaya asing diterima tanpa paksaan, bahkan disambut secara sukarela,” jelas Hajriyanto.
Ia juga mengutip teori Antonio Gramsci mengenai hegemoni budaya, yang menggambarkan penerimaan budaya asing secara tidak sadar.
Hajriyanto mengangkat perbandingan antara negara Arab konservatif dan progresif dalam mempertahankan budaya tradisional mereka. Negara seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, yang masih menganut sistem monarki.
Menurutnya berhasil mempertahankan identitas budaya termasuk dalam pakaian tradisional dan bahasa Arab, meskipun terpapar modernisasi. Di sisi lain, negara-negara Arab dengan budaya yang lebih barat, seperti Mesir dan Suriah, justru cenderung kehilangan identitas budayanya.
Dalam konteks Indonesia, Hajriyanto menekankan pentingnya mempertahankan bahasa dan budaya lokal sebagai bagian dari strategi kedaulatan budaya.
“Bahasa menunjukkan identitas bangsa. Jika sebuah bangsa kehilangan bahasanya, maka ia kehilangan kebudayaannya,” ungkapnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa penggunaan bahasa Inggris yang semakin dominan di berbagai sektor menimbulkan kekhawatiran atas eksistensi budaya dan bahasa asli.
Hajriyanto menutup pemaparannya dengan mengajak Muhammadiyah dan seluruh elemen masyarakat untuk memikirkan strategi kebudayaan yang lebih serius. Menurutnya, Muhammadiyah, dengan jaringan universitas yang luas, memiliki potensi besar dalam memperkuat kedaulatan budaya Indonesia di tengah tantangan globalisasi dan hegemoni asing. (*)
Penulis Amanat Solikah Editor Azrohal Hasan