PWMU.CO – “Melalui amal usaha bidang pendidikan dasar dan menengah, Muhammadiyah berdakwah untuk menyasar ke seluruh lapisan masyarakat,” ujar Noerwachid Soeprijanto, ketua PCM Sidoarjo dalam Penguatan dan Pembinaan Pegawai SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi) Jum’at (18/10/2024).
Wachid mengawali dengan memaparkan data amal usaha bidang pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Sebanyak 2453 SD/MI, 1599 SMP/MTs, dan 5346 SMA/MA dimiliki oleh Muhammadiyah untuk melaksanakan tujuan berdirinya Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
“Data berdasarkan rapat koordinasi Nasional Mejelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Non Formal (Dikdasmen dan PNF) di Jawa Tengah pada (31/5/2024) menegaskan bahwa Muhammadiyah juga dapat berdakwah di bidang pendidikan dasar dan menengah,” sambungnya.
Ia juga menegaskan, tujuan didirikannya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terutama di bidang pendidikan dasar dan menengah adalah melaksanakan misi utama Muhammadiyah sebaik-baiknya sebagai misi dakwah.
“Segala kegiatan dan inventaris yang dimiliki oleh persyarikatan, harus bisa juga dirasakan oleh masyarakat luas,” ujar Wachid.
Semua yang diterapkan di sekolah, terutama di SMP Musasi tidak semerta merta aturan tersebut dibuat oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo melainkan aturan yang ada sudah turun-temurun dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
“Contoh aturan yang dimaksud salah satunya adalah prosentase penggunaan SPP siswa, prosentase penggunaan untuk operasional sekolah, gaji pegawai hingga operasional persyarikatan, sudah diatur oleh PP Muhammadiyah, sehingga PCM Sidoarjo tidak bisa mengubah seenaknya,” sambungnya.
Menjadi pegawai di AUM tentunya sudah harus memiliki rasa memiliki lembaga itu sendiri. Harus bisa bekerjasama, antara pihak sekolah dengan persyarikatan, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Sehingga dakwah Muhammadiyah di bidang pendidikan dasar dan menengah benar-benar dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
Di akhir sesi, Wachid memberikan pesan yang penuh makna kepada guru dan karyawan SMP Musasi.
“Muhammadiyah seperti kereta api yang membawa gerbong-gerbong AUM, organisasi otonom Muhammadiyah dan lainnya,” ujarnya.
Maksud dari pesan tersebut adalah siapa saja boleh naik kereta darimana saja dan kapan saja. Setiap orang bisa bergabung di Muhammadiyah, di sektor apa saja dan kapanpun. Kemudian bisa juga meninggalkan Muhammadiyah dimanapun serta kapanpun. Akan tetapi kereta itu (Muhammadiyah) akan tetap berjalan sesuai tujuannya bersama-sama orang yang masih tersisa di dalamnya.
“Sehingga kita tidak boleh merasa, tidak ada saya Muhammadiyah tidak bisa melangsungkan AUMnya,” pungkas Wachid.
Di sesi berikutnya penguatan diberikan oleh Drs Eko Budi Agus Priatna MPd. Ada yang menarik dari fakta yang dipaparkan oleh salah satu calon wakil kepala sekolah SMP Musasi bidang kesiswaan pada tes pekan lalu.
“SMP Musasi berdiri sejak tahun 1965, selama ini sudah mengalami gelombang pasang surut, perolehan siswa mengalami puncak pada tahun 2017 dan berangsur turun hingga era covid kemarin,” kutip Agus.
“Memang mudah kita menyalahkan keadaan, namun mau sampai kapan kita seperti itu, kita harus bangkit,” sambung ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PCM Sidoarjo itu. Ia melanjutkan bahwa mudah sekali meruntuhkan citra sekolah daripada membangun kepercayaan pada wali siswa. “Dampak dari kemudahan akses digital dapat mempengaruhi daya juang siswa, sehingga kita sebagai guru harus berhati-hati apa yang dilakukan oleh siswa di sosial media,” sambungnya. Maka dari itu harus ada kepedulian guru kepada siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Di akhir sesi Drs Daud Ismail MSi anggota Mejelis Dikdasmen dan PNF PCM Sidoarjo menguatkan dengan memaparkan surah Al Fatihah ayat ke 5.
اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”
“Seperti hubungan kita dengan Allah, tentunya kita melaksanakan ibadah terlebih dahulu baru kita meminta hak kita, sehingga ada aksi ada reaksi,” ujar Dawud.
Penulis Achmad Bagus Hendy Kurniawan Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun