PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar revitalisasi arah program gerakan kemasjidan dan perkaderan mubaligh muhammadiyah (regional jawa timur) di Aula Mas Mansur PWM Jatim, Sabtu-Ahad (19-20/10/2024).
Dalam sambutannya ketua majelis tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Fathurrahman Kamal Lc MSi mengatakan perlu adanya aplikasi masjid untuk membuat database.
Dia mengatakan perlu konsolidasi selama keluar dari khilafiyah apalagi yang tidak semestinya.
“Fokus langsung untuk menggunakan program merevitalisasi arah program yang terukur dan tersistem. Batasan waktu juga demikian,” jelasnya.
“Masalah kemasjidan, perkaderan muballigh dengan membangun sistem informasi seperti SITAMA,” ungkapnya.
Fathurrahman menjelaskan berdasar hasil putusan muktamar ada sepuluh variabel fungsi Tabligh ialah perencanaan, pengorganisasian dari semua tingkatan.
Dia melanjutkan harus terukur dengan baik dengan monitoring dan evaluasi. Matrik yang selalu dirilis per tiga bulan.
“Capaian di riau sangat menggembirakan, fungsi tabligh yang secara tersistem terstruktur dengan kebersamaan dengan umat di akar rumput,” jelasnya.
Dia menjelaskan masjid menjadi menara gading dengan bervariabel, muballigh berkualitas. Melaksanakan madrasah/sekolah tabligh.
“Tabligh berfungsi sebagai penyebaran paham muhammadiyah,” katanya.
“Spirit tajdid dengan pandangan resmi muhammadiyah dan baca risalah islam berkemajuan,” jelasnya.
“Kalau anda mendapatkan amanah tabligh secara resmi tolong ditunjuk dengan pondasi tauhid,” jelasnya.
“Dakwah tabligh itu inklusif, forum dakwah di tabligh tidak harus di internal. Dunia pengkaderan luas, ada dewan dakwah yang terorganisir. Ada sekolah tinggi dan muballighnya disebarkan dengan mobilisasi dana,” terangnya.
Dia menjelaskan Tabligh memiliki fungsi Wasathiyah, namun bukan memudah-mudahkan agama dan selalu bermain di ranah fanatisme.
“Bahasan muktamar ialah tentang kesadaran spiritual dengan melihat manusia sebagai ciptaan tuhan yang mulia. Orang yang masih berada di jalan allah ialah jalan masuk surga,” jelasnya.
Ketua Majelis Tabligh menjelaskan Pola pikir yang harus diubah ialah da’i yang membutuhkan mad’u. Muballigh harus inovatif kolaboratif dam digitalisasi.
Tagline ketika dicetuskan di Riau, masjid Muhammadiyah ialah One Stop Solution.
Dia menjelaskan maksudnya dari masjid kita membangun peradaban.
“Kawan LPCRPM ada di ranah masjid percontohan, masjid selebihnya garapan tabligh, seperti perkaderan muballigh. Pilihannya kita terus hidup atau kita punah,” terangnya.
“Perlu adanya sertifikasi muballigh, dan dilaunching hari ini di PWM Jatim. Nasib para muballigh perlu diperhatikan lazismu. Investasi orang untuk maksiat besar, untuk dakwah tidak besar. Muballigh dijamin kesejahteraannya,” ungkapnya.
“Muballigh yang profesional bisa auditable dan perlu terus diupgrade, maka dari itu tugas lazismu support. Investasi harta di jalan kebenaran, lahan dakwah ini paling utama diperhatikan. Persentase lazismu jika belum dinaikkan, nanti biar ditanya Allah lazismu,” candanya.
“Kader muballigh dengan program setahun di Tabligh Institut. Dan terakhir mengembangkan tentang SITAMA,” pungkasnya. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Wildan Nanda Rahmatullah