PWMU.CO – Dalam rangka memperingati Milad ke-76, Pondok Pesantren Karangasem Paciran, Lamongan, menggelar berbagai kegiatan. Salah satu acara yang paling dinanti dan menyita perhatian adalah lomba menghias tumpeng, Rabu (18/10/2024).
Lomba ini diikuti oleh 23 tumpeng yang berasal dari berbagai unit di bawah naungan Pondok Karangasem. Mereka adalah perwakilan dari seluruh lembaga pendidikan yang ada di Pondok Karangasem, RS Arsy, TPA HW, dan Masjid Al Ujairi.
Keempat lembaga itu saling berlomba menampilkan kreasi tumpeng terbaik mereka.
Suasana lomba berlangsung semarak dengan tumpeng-tumpeng yang dihias penuh kreativitas. Setiap peserta berusaha menampilkan tumpeng yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memperhatikan cita rasa dan makna filosofis dari penyusunan tumpeng.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat kebersamaan antarsesama unit pondok sekaligus melestarikan tradisi budaya Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai simbolis.
Berbagai bentuk kreasi tumpeng ditampilkan dalam lomba ini, mulai dari tumpeng klasik dengan warna kuning cerah hingga tumpeng unik dengan hiasan dari berbagai bahan alami.
Mulai dari sayuran, buah-buahan, dan lauk-pauk yang disusun secara artistik. Para peserta juga menambahkan berbagai elemen dekoratif seperti bendera kecil, tulisan ucapan milad, dan hiasan dari daun pisang yang menambah keindahan setiap sajian.
Dra Hj Mimmaziyah, panitia koordinator lomba tumpeng, menjelaskan bahwa lomba tumpeng ini diadakan karena tumpeng menyimbolkan kesuksesan yang diraih oleh Pondok Karangasem.
“Jadi, pada milad kali ini, panitia hanya mengadakan perlombaan menghias tumpeng. Filosofinya, karena tumpeng berbentuk mengerucut ke atas, hal ini menunjukkan kesuksesan yang telah diraih Karangasem selama ini,” ujarnya.
Penilaian tidak hanya didasarkan pada penampilan, tetapi juga dari segi rasa, komposisi gizi, serta kreativitas dalam menghias. Para juri lomba terdiri dari ibu Camat Paciran dan penggerak PKK Kecamatan Paciran.
“Setiap peserta ditantang untuk mengolah bahan mereka sendiri, tidak boleh memesan dari luar atau melibatkan orang lain. Insyaallah, juri akan mengetahuinya, dan hal itu akan mematikan kreativitas seseorang,” jelas Bu Mim, sapaan akrab ketua panitia.
Ia juga menambahkan, anggaran untuk tumpeng yang disajikan tidak boleh lebih dari Rp150.000, sehingga peserta wajib menyertakan rincian harga dari hasil tumpeng yang disajikan.
Selain lomba menghias tumpeng, para peserta juga diwajibkan memiliki yel-yel, dan akan mendapatkan hadiah bagi yel-yel terbaik 1, 2, dan 3. Hal ini cukup menguji kembali kreativitas peserta dalam mengarang yel-yel, meskipun peserta sebagian besar terdiri dari ibu-ibu paruh baya.