PWMU.CO – Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2024 tercatat sebesar 5,05%, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai 5,17%.
Meski angka tersebut masih jauh dari kondisi resesi, yang didefinisikan secara teknis sebagai pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut, konsumsi masyarakat di sektor tersier justru mengalami peningkatan. Salah satu tren yang mencuat adalah popularitas boneka Labubu, yang hingga kini masih diminati luas.
Dilansir dari web um-surabaya.ac.id pakar ekonomi dari UM Surabaya Arin Setyowati, menjelaskan bahwa fenomena tersebut dapat dikategorikan sebagai Lipstick Effect. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Juliet Schor, seorang profesor di bidang ekonomi dan sosiologi, dalam bukunya berjudul The Overspent American yang diterbitkan pada tahun 1998.
Buku tersebut menjelaskan bahwa ketika peredaran uang terbatas, orang cenderung mengalokasikan dana untuk barang-barang non-esensial yang memberikan rasa kepuasan di tengah ketidakpastian. Selain lipstik, fenomena ini juga mencakup pembelian produk skincare, makeup, parfum, hingga aksesori bermerek dengan harga tinggi.
“Artinya, saat kondisi ekonomi sedang dalam tekanan, konsumen secara naluriah beralih dari barang-barang mahal seperti mobil atau elektronik ke barang-barang kecil yang lebih terjangkau namun tetap memberikan rasa kepuasan,” jelasnya Rabu (23/10/2024).
Ia melanjutkan, misalnya kosmetik, pakaian kecil, atau aksesoris menjadi pilihan utama karena mudah diakses dan mampu memberikan rasa “kemewahan” dalam skala lebih sederhana. Tanpa terkecuali fenomena meningkatnya peminat boneka labubu.