PWMU.CO – Realita masa kini yang perlu kita perhatikan adalah perbedaan pola pendidikan yang mengalami perbedaan di tiap generasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Riandy Prawita dalam Webinar Internasional seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam Rangka Merayakan Hari Sumpah Pemuda.
Webinar yang bertajuk “Peran Pemuda di Era Digital dalam Memperkuat Kerja Sama Lintas Agama dan Budaya di Dunia yang Terpolarisasi” ini digelar oleh Institut Leimena pada hari Jumat (25/10/2024).
“Literasi itu harus diajarkan sedini mungkin, agar kita tertinggal dari update informasi,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa generasi muda bahkan anak-anak yang masih dalam usia dini, sudah bisa mengakses teknologi informasi.
“Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena di usia tersebut, anak harus diarahkan dengan benar agar dapat menyaring informasi secara tepat,” jelasnya.
Riandy menekankan bahwa tantangan era digitalisasi ini adalah penyebaran hoax atau berita bohong. Di era digitalisasi yang serba cepat ini, generasi muda condong untuk menyukai dan membagikan sebuah informasi secepat mungkin tanpa mengecek kebenarannya.
“Kemajuan informasi ini juga menjadikan rasisme, ujaran kebencian, maupun berita bohong sangat mudah tersebar. Tentunya hal ini menjadikan perpecahan di generasi muda,” terang alumni SMA Muhammadiyah 2 Surabaya ini.
Riandy juga menegaskan bahwa pemuda-pemudi jangan sampai melupakan masa lalu, yakni persatuan antar generasi muda tanpa memandang agama maupun ras mereka.
“Di IPM sendiri, terutama Persyarikatan Muhammadiyah menggunakan pendidikan yang inklusif. Contohnya adalah di perguruan tingginya banyak Krismuha, atau Kristen Muhammadiyah sebagai implementasi persatuan bangsa tanpa memandang latar belakang mereka,” ujar Riandy.
“Sumpah Pemuda menjadi peristiwa krusial yang menunjukkan bagaimana generasi muda bangsa memupuk persatuan. IPM siap menggandeng organisasi pemuda lainnya seperti IPNU, PII, FSLDK, dan yang lainnya untuk bergabung memupuk persatuan bangsa Indonesia,” tutupnya. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan