PWMU.CO-Kader Muhammadiyah jika ada peluang menjadi pemimpin jadilah the first. Kalau tidak bisa pilihlah posisi sebagai the man behind the gun. Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr Saad Ibrahim, ketika ditemui di kantornya, Jumat (13/10/2017).
”Kader Muhammadiyah itu berpengalaman organisasi, jika menjadi pemimpin di tempat lain pasti mampu. Mulai jadi menteri, gubernur, bupati, sampai kepala desa. Itu sudah terbukti dan hasilnya baik,” kata Ustadz Saad, demikian panggilan akrabnya.
(Berita terkait: Muhammadiyah Pilih Gubernur yang Mau Laksanakan Dua Misi)
Menjadi the first atau orang pertama yang menentukan kebijakan dan populer, ujar Ustadz Saad, itu teori idealnya. Namun tidak selalu ada peluang menjadi the first dan populer karena itu setidak-tidaknya menjadi kader Muhammadiyah sebagai the man behind the gun. ”Maksudnya, orang yang tidak serta merta tampil di depan. Bisa di belakang layar tetapi pikiran-pikirannya bisa masuk,” kata dia.
Jika tidak bisa dua posisi tadi, sambung Ustadz Saad, maka ada pilihan ketiga yaitu upayakan bisa duduk sejajar untuk memecahkan problem masyarakat. ”Kita punya pikiran-pikiran didiskusikan dan ditawarkan. Dalam konteks ini kita harus equal,” katanya.
Jadi kader Muhammadiyah tidak harus menjadi populer. Menurut Ustadz Saad, menjadi orang di balik layar dengan pemikiran yang diterapkan dalam proses pembuatan kebijakan juga sesuai dengan sikap politik Muhammadiyah yang bermain di politik nilai bukan politik praktis.
(Baca juga: Berapa Biaya Minimal yang Dikeluarkan untuk Ikut Pilgub? Ini Kata Mantan Calon Wakil Gubernur Jatim, Ridwan Hisyam)
”Kekuasaan bisa berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Muhammadiyah sudah lebih dari cukup bagi kita. Muhammadiyah tidak bicara dapat apa dan berapa dari penguasa. Karena Muhammadiyah itu sudah besar dan mandiri. Insya Allah Muhammadiyah sudah mandiri,” katanya.
Jika ingin menjadi tokoh populer, sambung Ustadz Saad, populerlah dengan keilmuan dan keahlian yang dikuasai bukan semata-mata menjadi selebritas. Sebab tokoh selebritas hanya menguntungkan diri sendiri bukan untuk masyarakat. (aan/sgp)