PWMU.CO – Di tengah urgensi perubahan iklim, Indonesia berperan aktif dalam mencapai keadilan iklim melalui kolaborasi lintas organisasi, komunitas agama, dan pemerintah. GreenFaith Indonesia (GFI) berkomitmen mendorong transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan.
Pada Jumat (25/10/2024), GFI bekerja sama dengan GreenFaith Jepang dan WALHI Jawa Barat menggelar dialog tentang transisi energi berkeadilan di Bandung. Acara ini dihadiri anggota DPRD Jawa Barat, LBH Bandung, akademisi, Perkumpulan Inisiatif, dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat.
Kolaborasi Lintas Sektor dalam Transisi Energi
Hening Parlan, Direktur GreenFaith Indonesia, menegaskan fokus GFI pada transisi energi yang adil dan bertanggung jawab melalui kerja sama dengan organisasi non-pemerintah, komunitas, dan pemerintah. “Sebagai insan beragama, kewajiban kita adalah merawat bumi,” tegas Hening, mengingatkan tanggung jawab moral yang diajarkan oleh semua agama.
Salah satu inisiatif utama adalah rencana penutupan PLTU Indramayu dan Cirebon. Penutupan ini diharapkan menjadi contoh bagi negara lain, membuktikan keseriusan Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.
Isu Perubahan Iklim dan Tantangan Kebijakan
Fletcher Harper, Direktur Eksekutif GreenFaith Internasional, menyatakan bahwa perubahan iklim adalah tantangan global yang nyata dan menjadi seruan moral bagi komunitas agama. “Seluruh masyarakat dunia harus bersama menghadapi krisis ini,” ujarnya.
Sementara itu, Yoshiro Sada, Direktur GreenFaith Jepang, yang hadir bersama 9 perwakilan dari Jepang dan Malaysia, mengungkapkan kekaguman terhadap perjuangan warga di Indramayu yang terdampak oleh PLTU. Dia berjanji akan menyampaikan pelajaran ini kepada lembaga agama di Jepang untuk mengembangkan energi ramah lingkungan.
Dukungan Kebijakan dan Tantangan Pendanaan
Viktor Permana dari Universitas Padjadjaran memaparkan survei yang menunjukkan bahwa isu perubahan iklim menjadi perhatian utama warga Jawa Barat menjelang Pilkada 2024. Sebanyak 84,1% responden mendukung transisi energi dan berharap calon pemimpin daerah memasukkan program lingkungan yang jelas.
Dari perspektif kebijakan, Wulandari dari Perkumpulan Inisiatif menjelaskan bahwa anggaran publik Jawa Barat untuk energi terbarukan masih minim dibandingkan pendapatan dari energi fosil. “Pendapatan daerah dari energi fosil mencapai Rp 2 triliun, sementara energi terbarukan hanya menyumbang 0,5% dari total PAD,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa transisi energi membutuhkan prioritas anggaran yang lebih besar.
Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat mencatat bahwa dampak perubahan iklim mengancam kawasan pesisir utara Jawa Barat, di mana 700 hektare lahan telah berubah menjadi lautan akibat kenaikan permukaan air. Sesuai Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2019, target porsi energi terbarukan adalah 20% pada 2025 dan 28% pada 2050.
Perjuangan Masyarakat dan Dukungan Anggota DPRD
Maulida dari LBH Bandung menjelaskan bahwa pihaknya telah mendampingi warga dalam menggugat izin lingkungan PLTU di Cirebon dan Indramayu. LBH juga aktif mengedukasi publik melalui media sosial dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya PLTU.
Ahab Sihabudin, anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi PKS, menyatakan bahwa kebijakan transisi energi harus diwujudkan di tingkat daerah. “Potensi energi terbarukan di Jawa Barat mencapai 200 gigawatt, dan pemerintah pusat perlu memfasilitasi peralihan ini,” ujarnya. Dukungan serupa juga disampaikan Heri Ukasah dari Fraksi Gerindra, yang menegaskan pentingnya menjaga kondisi lingkungan di Jawa Barat.
Meski begitu, Ahab mengingatkan bahwa pengalihan ke kendaraan listrik, misalnya, tanpa pajak bisa mengurangi Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Ini harus menjadi pertimbangan ke depan,” katanya.
Kolaborasi Lintas Negara untuk Masa Depan Berkelanjutan
Mengakhiri diskusi, Fletcher Harper menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan negara dalam melawan perubahan iklim. “Generasi muda memegang peran penting dalam menjaga bumi. Kesadaran mereka akan menjadi kekuatan besar bagi keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Tentang GreenFaith Indonesia
GreenFaith Indonesia adalah bagian dari organisasi lintas agama internasional yang berfokus pada keadilan iklim sejak 1992. Dengan gerakan di 13 negara, GreenFaith mengembangkan kampanye dan pelatihan lintas agama untuk perubahan iklim dan keadilan energi.
Melalui pendidikan dan kampanye, GFI membangun jaringan komunitas multi-agama dan mendorong pendekatan keadilan energi yang bertanggung jawab di Indonesia. (*)
Penulis Azrohal Hasan Editor Wildan Nanda Rahmatullah