Pengalaman Siswa Smamita
Siswa Raihanah El Shirazy dari kelas XI M-ICO merasakan kegiatan selama dua pekan ini. “Setiap pagi saya bangun mulai pukul 04.00 untuk mandi, bersih-bersih, dan salat Subuh.
Kemudian, kami menuju Mr Bob menggunakan sepeda bersama teman-teman karena ada kelas pagi pukul 05.00 sampai 06.00 untuk sesi morning speaking,” tuturnya.
“Dilanjutkan pukul 08.00 sampai 09.00 juga ada kelas. Jadi, ada tiga sesi: speak up 1, speak up 2, dan speak up 3. Materinya sangat seru, gurunya ramah, dan benar-benar mengayomi. Bahkan, cara mengajarnya sangat menyenangkan. Kemarin ada materi tentang permainan zombie dan drama menggunakan bahasa Inggris.”
“Di sini, selama 24 jam, mulai dari bangun hingga tidur, kami menggunakan bahasa Inggris. Jika ketahuan tidak berbahasa Inggris, kami akan mendapat hukuman menulis 10 kalimat. Tapi ini seru karena selama 24 jam kami terbiasa speaking English,” ujarnya.
Suasana Pembelajaran
Raihanah merasa bahwa suasana belajar bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare sangat santai dan tidak kaku. Menurutnya, pembagian waktu yang diterapkan di sana membuat seluruh aktivitas terasa menyenangkan, meskipun jadwal belajar terbilang padat.
Setelah kelas terakhir selesai pada malam hari setelah magrib, mereka masih memiliki waktu untuk bersantai, bermain, dan berjalan-jalan di sekitar.
Di area tersebut, banyak pilihan makanan dan minuman yang enak, sehingga mereka bisa menikmati waktu bersama. Mereka juga sering nongkrong sambil berdiskusi tentang pelajaran, menambah keakraban sekaligus memperdalam pemahaman mereka.
“Bahkan, tidak hanya sekadar membeli, tetapi di sini kami juga menggunakan bahasa Inggris karena penjualnya bisa berbahasa Inggris. Jadi, kami benar-benar terbiasa. Saya pernah tidak menggunakan bahasa Inggris, dan penjualnya meminta saya berbicara dalam bahasa Inggris,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Kirei Kanahaya Wibowo, siswa kelas M-ICO lainnya, juga membagikan pengalamannya, “Jadi, sebelum kami ke Pare, ada pre-test untuk menentukan kelas yang akan kami masuki. Materi yang diberikan sama, tetapi mungkin setiap kelas dan level berbeda,” jelasnya.
Raihanah merasa bahwa para tutor di setiap kelas begitu menyenangkan dan tidak kaku dalam mengajar. Mereka sering memberikan tugas yang tidak membebani, justru membuat suasana belajar lebih menyenangkan.
Ia bercerita, misalnya, tentang tugas membuat film. Awalnya, para siswa bingung harus memulai dari mana. Namun, berkat bimbingan sabar dari tutor, mereka akhirnya memahami dan berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Selain belajar bahasa Inggris, Raihanah juga merasakan perubahan dalam kemandirian dirinya. Saat di Kampung Inggris, meskipun tersedia layanan laundry, ia memilih mencuci sendiri untuk melatih kemandirian.
Pengalaman ini secara tidak langsung mengajarkan pentingnya disiplin waktu. Mereka belajar bahwa, suka atau tidak, kedisiplinan adalah kunci agar tidak tertinggal dalam mengikuti jadwal kelas.
“Saya juga merasa sangat nyaman karena di sini makanannya murah dan banyak hiburan. Tapi, mau tidak mau kami harus menyesuaikan diri untuk bangun pagi-pagi,” pungkasnya sambil tersenyum.
Penulis Nashiiruddin Editor Zahra Putri Pratiwig