PWMU.C0 – Umat Islam di Indonesia harus menjadi bangsa yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. Tiga sikap ini merupakan pilar kehidupan bangsa yang bermartabat. Gerakan pemberdayaan zakat, infaq, dan shadaqah yang dilakukan Muhammadiyah melalui Lazismu, adalah salah satu sumbangan untuk Umat Islam Indonesia. Demikian tausyiah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lazismu, di The Sun Hotel Sidoarjo, hari ini (7/4).
Haedar mengungkapkan pentingnya Muhammadiyah mendayagunakan potensi zakat, infak, dan shadaqah agar mampu menjadi kekuatan, pelaku, dan inspirator perubahan. Untuk itu peran Lazismu harus terus dikuatkan dan ditingkatkan.
(Baca: Zakat, Gerakan Otentik Muhammadiyah)
(Baca: Tidak Ada Alasan Lazismu Tidak Profesional)
(Baca: Gus Ipul: Saya Senang Kalau Muhammadiyah Maju)
Lebih lanjut, Haedar berharap agar Rakornas yang bertemakan “Reposisi Lazismu Sebaga Amil Zakat Berkemajuan” menjadi awal dari gerakan zakat modern. Maka Lazismu harus secara efektif dan efisien dalam pengelolaannya. Karena hal itu merupakan bagian dari syiar Islam. “Potensi yang ada harus bisa didayagunakan sepenuhnya secera efektif dan efisien. Untuk itu Lazismu harus mampu menjadi kekuatan, pelaku, dan inspirator perubahan,” paparnya.
Dengan berbagai kegiatan pemberdayaan Lazismu, bangsa ini akan sangat mungkin mampu merubah mindset para pemudanya menjadi bangsa yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. ”Penting bagi pemuda untuk merubah mindset berfikirnya, dari orientasi teologi mati syahid, menjadi hidup syahid. Sehingga bisa memberikan manfaat dan hidup bermakna,” ujar dia. Dengan hidup syahid, maka seseorang juga turut serta memuliakan harkat martabat manusia lainnya. (aan)