Oleh: Muhsin MK
PWMU.CO – Sebagai organisasi yang berdiri di Indonesia, Muhammadiyah tak bisa lepas dari lingkungan dan dinamika yang terjadi di negeri ini. Apalagi, sebagai organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan dan berdirinya NKRI, Muhammadiyah merasa berkewajiban untuk berkontribusi dalam menghadapi berbagai keadaan di tingkat wilayah, daerah, dan nasional.
Saat ini, berbagai aktivitas Pilkada sedang berlangsung di tingkat Provinsi, Kota, dan Kabupaten (PROKOKAB) di seluruh Indonesia. Walaupun Muhammadiyah bukan partai politik, sebagai ormas Islam yang memiliki pengaruh di Indonesia, Muhammadiyah tidak bisa hanya berpangku tangan atau mengabaikan hal ini.
Dalam pilkada di berbagai wilayah Indonesia, Muhammadiyah tetap menunjukkan keterlibatan yang aktif. Banyak pimpinan dan anggota Muhammadiyah yang turut serta dalam mendukung calon tertentu, karena organisasi ini tak luput menjadi obyek dan subyek dalam kegiatan tersebut.
Sebagai objek dalam Pilkada, warga Muhammadiyah, termasuk pimpinan dan amal usahanya, sering kali menjadi sasaran pendekatan para calon gubernur, calon bupati, dan calon Walikota yang mengharapkan dukungan. Terutama, calon-calon kepala daerah yang memiliki latar belakang keluarga Muhammadiyah akan sangat mengharapkan dukungan dari ormas ini.
Para calon ini biasanya datang bersilaturahmi dan bertemu dengan Pimpinan Muhammadiyah di berbagai tingkatan. Mereka bahkan tidak segan menunjukkan perhatian kepada amal usaha Muhammadiyah yang ada di daerah tersebut.
Setiap calon yang datang akan diterima dengan baik oleh Muhammadiyah, apalagi sebagai tamu yang harus dihormati, meskipun tujuan kedatangannya berkaitan dengan Pilkada. Muhammadiyah memuliakan tamu siapa pun yang datang, sesuai dengan adab yang diajarkan dalam Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya dan menjamunya…” (HR. Bukhari no. 5670).
Muhammadiyah menerima tamu bukan hanya calon dalam Pilkada, tetapi juga orang-orang dari latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda. Siapapun yang datang akan diperlakukan dengan prasangka baik (khusnuzan). Termasuk pada calon-calon Pilkada PROKOKAB, Muhammadiyah menghindari prasangka buruk atau su’udzan terhadap mereka, meskipun ada unsur kepentingan politik di balik kedatangan mereka.
Mengapa Muhammadiyah bersikap demikian? Karena Muhammadiyah bukan organisasi politik yang membedakan antara kawan dan lawan. Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah memandang siapa pun yang datang adalah kawan atau sahabat dalam misi dakwah. Dalam konteks dakwah, orang yang datang dikategorikan sebagai subyek atau obyek dakwah.
Sebagai sesama subyek dakwah, Muhammadiyah mengedepankan kerja sama dalam kebaikan dengan tamunya. Jika pun ada persaingan, itu dilakukan dalam konteks “fastabiqul khairat,” yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan.
Adapun tamu yang dianggap sebagai obyek dakwah, seperti masyarakat dari dalam dan luar negeri yang membutuhkan bantuan Muhammadiyah, akan berusaha dibantu oleh pimpinan Muhammadiyah. Mereka juga akan membimbing agar mereka tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.
Dengan begitu, calon-calon Pilkada PROKOKAB yang datang bertamu ke Muhammadiyah dapat dianggap sebagai subyek maupun obyek dakwah. Sebagai subyek, Muhammadiyah dapat bekerja sama dengan mereka yang terpilih menjadi gubernur, walikota, atau bupati untuk menggerakkan dakwah di daerahnya.
Sebagai obyek dakwah, calon-calon ini akan diberi arahan agar menghindari politik uang, serta agar tetap bersyukur dan rendah hati jika terpilih. Mereka juga akan diajarkan untuk peduli terhadap kepentingan umat Islam dan menghindari tindakan korupsi atau penyalahgunaan jabatan.
Para pemimpin Muhammadiyah di berbagai tingkatan harus selalu memperhatikan kepribadian Muhammadiyah saat menerima calon Pilkada PROKOKAB. Muhammadiyah tidak perlu membuat janji khusus selain mendoakan mereka agar sukses. Di sisi lain, Muhammadiyah juga menyerukan kepada seluruh anggota dan jemaahnya untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkada sesuai hati nurani masing-masing, serta tidak menjadi golput.
Bahkan, Muhammadiyah mendorong partisipasi aktif dalam mewujudkan pilkada yang demokratis, jujur, adil, dan sukses tanpa kecurangan. Wallahu a’lam. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah