Menangi Penghargaan di Ajang Pimnas
Meski ada sederet kelompok yang membahas pada aspek air, namun hanya timnya yang memiliki gagasan unik untuk membangun instalasi air dari kabut tersebut. Ini menjadikan mereka satu-satunya kelompok yang membahas permasalahan air dengan metode yang baru dan unik.
“Ide ini sebenarnya terinpirasi dari hewan kumbang yang hidup di gurun terbesar di Afrika yang bernama Gurun Namib. Apalagi saat kami menyadari bahwa hewan tersebut dapat bertahan dengan baik di tengah panasnya gurun. Kita akhirnya melakukan riset lebih jauh terkait sistem bertahan hidup kumbang untuk mendapat pasokan airnya tersebut,” katanya, Jumat (01/11/2024).
Mereka akhrirnya menemukan fakta bahwa hewan kumbang ini dapat bertahan dengan cara berdiri dengan sudut 40 derajat. Di bagian punggungnya terdapat benjolan yang mengandung hidrofobik dan hidrofilik untuk mengumpulkan air dari kabut. Dari situlah, mereka memiliki ide untuk mengadaptasi bentuk jaring-jaring yang punya pola sesuai dengan sayap dari kumbang tersebut.
“Nantinya kami juga akan memanfaatkan energi listrik melalui panel surya cahaya dan juga menambahkan turbin udara agar prosesnya semakin maksimal,” ujarnya menambahkan.
Ia juga merasa sangat senang bisa mendapatkan penghargaan di kompetisi bergengsi itu. Apalagi ada dukungan penuh dari UMM, kemahasiswaan, dan juga dosen pembimbing yang membuat mereka mampu bertahan hingga ajang Pimnas usai. Ia berharap, ke depannya semakin banyak anak muda yang mampu menelurkan ide brilian untuk kemajuan manusia, khususnya di Indonesia. (*)
Penulis Hassan Al Wildan Editor Amanat Solikah