PWMU.CO – Indonesia saat ini telah menghadapi berbagai praktik intoleransi berupa kekerasan sosial atas nama etnis dan agama. Padahal bangsa ini sangat besar dan majemuk.
Demikian yang disampaikan Khusni Amryanto Putra pada seminar Empat Pilar yang digelar oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM),
di Gedung Dewan Pembina Daerah (DPD) Republik Indonesia Yogyakarta, Sabtu (14/10/17).
BACA: PP IPM Serukan Sekolah Jalankan Masa Orientasi yang Menggembirakan Siswa
Di hadapan 100 orang peserta, Khusni juga menyampaikan bahwa negara Indonesia amatlah beragam, karena memiliki 34 provinsi, 656 etnis, serta742 bahasa dan dialek. “Keragaman ini adalah wajah indonesia. Sayang, jika terjadi praktik intoleran,” ujarnnya.
Peserta terlihat sangat antusias mengikuti seminar yang mengusung tema Menyambut Indonesia Emas 2045 dengan Nilai-Nilai Pancasila, Undangan-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika ini. Selain dihadiri oleh IPM dan OSIS, kegiatan juga dihadiri oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) lain seperti Ikatan Pelajar Putri Nahdzatul Ulama (IPPNU) juga Pelajar Islam Indonesia (PII).
Selain Khusni, Afnan Hadikusumo, anggota DPD RI, hadir juga sebagai pemateri. Dia menyampaikan bahwa adanya multikulturalisme di Indonesia ini jangan sampai dinodai oleh konflik antaragama maupun etnis yang dipicu semata-mata karena perbedaan latar dan afiliasi kultural dan religius.
“Perlu upaya terus menerus untuk mendorong penguatan kesadaran multikulturalisme untuk mengawal Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan UUD 1945,” kata dia.
BACA JUGA: Banyak Pelajar Mencontek, Ini Pesan Ketua Umum PP IPM Velandani Prakoso
Pelajar saat ini, lanjutnya, harus pandai-pandai meredam emosinya. “Pada era globalisasi ini, sosial media menjadi ruang yang sangat bebas dalam beropini atau berpendapat. Akan rugi jika kita termakan provokasi terhadap berita-berita yang belum tentu kebenarannya tersebar di media sosial,” tambahnya.
Syauki Suratno, Badan Pengurus Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ikut angkat suara pada seminar. Dia mengatakan bahwa kita harus memahami bahwa Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasyahadah. “Sehingga kita harus sadar bahwa negara ini milik kita bersama. Negara ini harus kita bangun bersama. Jangan cepat terpancing emosi ketika bermedia sosial,” ujarnya.
Ketua Umum IPM berharp bahwa seminar ini dapat menjadi kontrol sosial bersama. “Jangan hanya terfokus pada permasalahan kecil, banyak hal yang harus kita persiapkan dan kita lakukan bersama agar kita dapat menyambut indonesia emas pada 2045,” pesnnya. (Maharina)