Dalam perspektif penglihatan manusia, ada banyak warna yang tidak dapat ditangkap atau dilihat oleh mata manusia, karena keterbatasan mata manusia. Meski manusia mengenal ribuan bahkan jutaan warna, namun itu mata memiliki keterbatasan.
Seperti melihat objek-objek lainnya yang bersifat sangat masif seperti dalam melihat matahari. Mata manusia tidak akan sanggup untuk menatap langsung kepada matahari.
Menatap matahari secara langsung tidak akan bisa dilakukan karena itu akan membutakan mata manusia.
Tidak hanya melihat benda supermasif, melihat objek super kecil seperti jasad renik/mikroba, manusia tidak sanggup. Demikian juga untuk melihat dengan objek yang berada sangat jauh. Mata manusia tidak sanggup melihat objek kecil berjarak 1 kilometer misalnya.
Ia hanya akan terlihat seperti sebuah titik. Atau pun benda yang sangat dekat, namun secara bersamaan juga terasa sangat jauh ke dalam, seperti melihat mikroba atau jasad renik hingga atom.
Mata manusia tidak sanggup melakukan pembesaran, zoom out, baik untuk melihat benda yang jaraknya jauh maupun yang sangat dekat seperti mikroba yang melayang-layang di udara.
Demikian halnya dengan suara. Kemampuan telinga manusia untuk menangkap suara manusia terbatas dalam rentang frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz (20 kHz). Hal ini menyesuaikan dengan bentuk telinga luar dan dalam manusia.
Rentang frekuensi tersebut dapat bervariasi tergantung pada usia dan kesehatan pendengaran seseorang, dengan orang yang lebih tua biasanya mengalami penurunan kemampuan mendengar frekuensi tinggi.
Untuk suara-suara berfrekuensi sangat tinggi maupun berfrekuensi sangat rendah melewati ambang batas kemampuan telinga, manusia tidak sanggup menangkapnya.
Demikian halnya dengan suara bervolume keras, akan dapat merusakkan gendang telinga manusia. Sama halnya dengan indra manusia lainnya seperti, penciuman, peraba, dan pengecap.
Ada banyak bau, tekstur, dan rasa lainnya yang tidak dapat direngkuh oleh penciuman, perabaan, dan pengecapan.
Di sekitar kita ada banyak bentuk, warna, suara, bau, tekstur, dan rasa yang dapat ditangkap oleh mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah manusia. Tetapi, faktanya ada juga hal-hal lain yang tak dapat ditangkap oleh indra manusia di dunia.
Hal ini karena indra manusia memang berfungsi untuk mencerap sekitar, menghubungkan antara aku yang ada dalam tubuh dengan lingkungan sekitar, namun juga sekaligus membatasi apa yang bisa ditangkap.
Indra memang membuka kemungkinan interaksi aku dengan dengan dunia luar namun ia tidak membuka secara keseluruhan eksistensi dunia luar tersebut
Memang dalam hidup keseharian seorang manusia menangkap berbagai fenomena warna, suara, bau, tekstur, dan rasa yang dapat ditangkap oleh indra. Secara default hal ini sudah cukup bagi manusia untuk bisa survive dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus bisa menangkap hal-hal di luar batasan indra.
Namun, bagi mereka yang menggeluti dunia pengetahuan untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam tentang sesuatu hingga pada level hakikat, baik untuk pendalaman intelektual maupun spiritual, maka hal-hal yang di luar batas indra menjadi kebutuhan untuk diketahui dan dipahami.
Untuk dapat memperoleh informasi tentang matahari yang lebih insightful, dengan berbagai keterbatasan mata, bisa diatasi dengan mengurangi intensitas kekuatan matahari yang sampai pada mata dengan menggunakan alat bantu berupa kacamata hitam atau teleskop yang termodifikasi sedemikian rupa agar mata pengamatnya tidak rusak.
Demikian juga halnya dengan kemampuan manusia untuk melihat jarak yang sangat jauh. Untuk dapat melihat objek yang tak dapat dipandang mata karena sangat jauhnya, manusia mengembangkan pembesaran jarak jauh berupa teleskop yang mampu memandang hingga melintas cakrawala dan menembus gugusan galaksi dengan teleskop James Webb.
Sama juga untuk melihat benda terdekat dengan diri manusia seperti mikroba/jasad renik di sekitarnya dan yang ada dalam tubuh manusia sendiri. Mata manusia tidak memiliki perbesaran mata sampai pada level mikroskopik karena lensa mata manusia sangat terbatas dalam hal pembesaran lensanya.
Namun ia bisa dibantu dengan mikroskop, sehingga manusia pun bahkan bisa mengetahui “kehidupan” di bawah subatomik.