PWMU.CO – Mahasiswa baru Gen 24 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diajak untuk lebih dekat dengan al-Quran melalui Kajian al-Quran Maghrib Isya (Kamisya) di Masjid AR Fachruddin, Kamis (31/10/2024).
Kegiatan ini merupakan program baru yang diinisiasi oleh Bagian Pendidikan dan Pengajaran (BPP) Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) UMM.
Kegiatan yang diselenggarakan setiap Kamis selama 4 pekan hingga tanggal 21 November 2024 ini diperuntukkan bagi mahasiswa baru Angkatan 2024 sebagai prasyarat dikeluarkannya nilai mata kuliah Keimanan dan Kemanusiaan (P2KK).
Acara ini diawali dengan registrasi dan kemudian dilanjutkan dengan tadarus bersama, shalat Maghrib berjamaah, kajian al-Quran serta ditutup dengan shalat Isya berjamaah.
Kepala BPP MKWK UMM, Dr Ermanu A Hakim MT mengatakan bahwa penting untuk memberikan penguatan spiritual kepada mahasiswa baru agar tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada keseimbangan spiritual. Salah satu cara yang efektif untuk membina spiritualitas tersebut adalah melalui pembiasaan kegiatan ibadah berjamaah dan kajian agama.
Sementara itu, Kabiro Pendidikan dan Pengajaran UMM, Zulfatman MEng PhD memberikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.
“Kegiatan ini sangat positif. Kita mulai melangkah dari Masjid yang menjadi tempat perlindungan kita semua, rumah Allah, tempat beraktivitas, meminta pertolongan. Kita mulai perjalanan dari Masjid ini, Insyallah perjalanan ke depannya akan lebih lapang dan longgar,” ujarnya.
Narasumber yang dihadirkan dalam Kamisya ini adalah Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang, ustadz Lukman Hakim SAg. Ia berbagi motivasi mengenai pentingnya membaca al-Quran bagi generasi muda.
Menurut Lukman, alasan terdalam mengapa harus belajar Quran dan serius dalam membacanya al-Quran adalah karena kita ber-Islam dan Muslim.
“Sebagaimana kandungan makna dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 4. Kalau tidak faham Quran tidak bisa disebut beriman. Syarat menjadi orang beriman adalah mengimani al-Quran, maka wajib faham dengan al-Quran,” tuturnya.
“Mengimani al-Quran itu tidak hanya menjadi kewajiban spiritual, tetapi juga sebuah perjalanan intelektual dan emosional untuk memperkaya kehidupan Muslim,” tegas laki-laki yang juga Pembina One Week One Juz (OWOJ) daerah Malang ini.
Ia juga menyampaikan bahwa membaca al-Quran ada adabnya. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk haqqa tilawatih saat membaca al-Quran. Arti dari haqqa tilawatih yaitu membaca al-Quran dengan melibatkan lisan, akal maupun hati.
Lisan bertugas untuk membacanya dengan benar sesuai kaidah bacaan, akal bertugas memahami arti, serta hati bertugas meresapi dan merenungi segala makna Quran agar dapat kita ambil pesan-pesan mulianya untuk kehidupan.
Mengakhiri pemaparannya, ustaz Lukman membagikan beberapa tips agar kita lebih dekat dengan al-Quran, di antaranya yaitu membangun kesadaran diri bahwa sebagai umat harus dekat dengan al-Quran (QS. al-Furqan ayat 30), menjadikan al-Quran sebagai bacaan utama dengan menyusun target bacaan, serta mengikuti komunitas atau kelompok belajar al-Quran. (*)
Penulis Anny Syukriya Editor Ni’matul Faizah