PWMU.CO – Tema Kepemimpinan Profetik KH Ahmad Dahlan dipilih untuk membuka kegiatan perdana Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK) PDA Gresik. Acara ini berlangsung pada Ahad (3/11/2024) di Masjid At-Tanwir, lantai 2 Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik.
Sebelumnya, GPM telah rutin diselenggarakan dengan menyiarkan kajian islami melalui kanal YouTube resmi milik MTK PDA Gresik. Kajian perdana ini disampaikan langsung oleh Wakil Ketua PDM Gresik, Dr Muhammad Arfan Muammar MPdI.
“Profetik berasal dari kata prophet, yang berarti Nabi. Kepemimpinan profetik KHA Dahlan mencontoh sifat-sifat kepemimpinan para nabi,” ungkap Arfan mengawali kajian.
Menurut Arfan, selain terkenal dengan Teologi Al-Ma’un yang mencerminkan sikap dermawan dan revolusioner, KHA Ahmad Dahlan juga mengarahkan hidupnya mengikuti jejak Nabi.
“Dikisahkan bahwa pada saat itu, Ahmad Dahlan mengundang masyarakat Kauman dan mengumumkan bahwa kas Muhammadiyah kosong. Di sisi lain, para pendidik di sekolah Muhammadiyah belum menerima gaji, dan dibutuhkan sekitar 500 gulden atau setara 4 juta rupiah,” ungkapnya.
“Tanpa berpikir panjang, beliau memutuskan untuk melelang barang miliknya demi menggaji pendidik. Para murid dan masyarakat Kauman, yang sebagian adalah pengusaha dan anggota pengajian Taharatul Qulub, tersentuh dan berebut ikut lelang. Hingga terkumpul dana sebesar 4.000 gulden (sekitar 35 juta rupiah), namun uniknya, tidak ada yang membawa barang hasil lelang tersebut,” sambung Arfan.
Arfan melanjutkan bahwa tindakan ini adalah contoh hidupnya sifat kenabian dalam kepemimpinan Ahmad Dahlan. Teologi Al-Ma’un menekankan bahwa praktik ritual keagamaan tidak ada artinya jika tidak disertai aksi nyata untuk mengatasi masalah sosial. Filosofi ini kemudian diterjemahkan menjadi pilar kerja Muhammadiyah, yaitu Kesehatan (PKU), Pendidikan (dari Pra-Sekolah hingga Perguruan Tinggi), dan Pelayanan Sosial (seperti Panti Asuhan, MDMC, dan Lazizmu).
Selain itu, Arfan menambahkan bahwa semangat revolusioner dalam beragama juga penting. Tindakan Ahmad Dahlan, seperti pelurusan arah kiblat, mengikis tradisi TBC yang mengakar kuat di masyarakat saat itu, dan memperjuangkan martabat perempuan, menunjukkan sikap revolusioner.
“Perempuan tidak hanya diikat oleh peran 3M (masak, macak, manak),” jelas Arfan.
Dalam konteks masa kini, lanjut Arfan, sikap kritis diteruskan oleh para pemimpin Muhammadiyah, seperti dalam keputusan untuk mengundurkan adzan Subuh 8 menit dan beralih ke Kalender Hijriyah Global Terpadu (KHGT).
Menanggapi berbagai pertanyaan dari sekitar 40 audiens yang hadir di GPM, Arfan menekankan pentingnya digitalisasi dakwah untuk menyebarkan Islam secara luas, serta perlunya pembinaan bagi kader melalui pengujian, klasifikasi, dan pelatihan.
Upaya ini bertujuan agar sifat profetik Ahmad Dahlan dapat tertanam di seluruh kader Persyarikatan, dan ideologi Aisyiyah dapat diimplementasikan dalam kehidupan seluruh anggota Aisyiyah.
Penulis Aisyatur Rosyidah Editor Wildan Nanda Rahmatullah