Oleh: Yusron Ardi Darmawan MPd – SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
PWMU.CO – Muhammadiyah terbukti mampu bertahan menyinari negeri dan melintasi zaman hingga lebih dari satu abad. Muhammadiyah tetap bisa eksis di bumi Indonesia karena Muhammadiyah didirikan sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang mengemban visi mulia, yaitu mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin.
Muhammadiyah dikenal memiliki etos beramal dalam membangun gerakan progresif, yaitu: “Sedikit bicara (berwacana), banyak bekerja”. Bagi Muhammadiyah, amal usaha dan layanan yang bermanfaat dan bermaslahat bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan menjadi ruh, spirit, dan orientasi gerakan.
Eksistensi dan kontribusi Muhammadiyah bagi Indonesia sangat luas di berbagai bidang. Pada bidang pendidikan, jauh sebelum Indonesia berdiri Muhammadiyah telah mendedikasikan diri secara penuh kepada masyarakat luas. Spirit jihad sosial edukasional Muhammadiyah mewarnai sistem pendidikannya yang memikat hati dan tersebar seantero negeri.
Data terbaru menunjukkan bahwa Muhammadiyah kini memiliki 172 PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah, 85 di antaranya berbentuk universitas, dan sisanya berbentuk institut, sekolah tinggi) dan 9 PTA (Perguruan Tinggi Aisyah).
Muhammadiyah juga mengelola 20.233 satuan pendidikan pra sekolah, 1.432 SD, 1.385 MI, 246 SMP, 578 MTs, 535 SMA, 218 MA, 616 SMK, 50 SLB, 440 pesantren, 324 Madrasah Diniyah Takmiliyah, 1.031 TPQ, dan 109 PKBM. Semua AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) di bidang pendidikan tersebut menunjukkan komitmen kuat Muhammadiyah dalam mencerdaskan dan mencerahkan masa depan umat dan bangsa.
Etos beramal dan berta’awun (berkolaborasi) untuk pelayanan kemasalahatan keummatan, kebangsaan, dan kemanusiaan itu tidak dapat dipisahkan dari spirit keagamaan yang diajarkan pendiri Muhammadiyah: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah. Tetapi jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah”.
Teologi al-Ma’un merupakan salah satu Spirit perjuangan Pendidikan Muhammadiyah. Teologi al-Ma’un merupakan metodologi inovatif dalam pembelajaran al-Quran yang dikembangkan KH. Ahmad Dahlan bagi murid-muridnya.
Dalam praktiknya, teologi al-Ma’un menghendaki integrasi gerakan pemikiran dan praksis perubahan sosial kemanusiaan menuju kemajuan peradaban. Jadi, Islam berkemajuan dapat ditransformasikan dalam proses menuju Indonesia berkemajuan jika didukung oleh adanya gerakan pemikiran dan peradaban (gerakan ide, pengembangan ilmu, riset, dan inovasi) dan dipadukan dengan gerakan amal nyata melalui pemberdayaan institusional efektif dan amal sosial humanis.
Islam berkemajuan, sebagaimana terinspirasi dari metodologi pemahaman dan penafsiran sosial KH. Ahmad Dahlan terhadap surat al-Ma’un, mencerminkan pentingnya transformasi dari pemahaman dogmatis dan indoktriner menuju pemahaman kritis-transformatif dan kontekstual terhadap ajaran Islam.
Dengan demikian, Islam berkemajuan secara teologis menghendaki integrasi dua model kritik sekaligus, yaitu kritik teks dan kritik konteks (realitas sosial) dengan senantiasa merespons perkembangan sains, teknologi, dan kebutuhan sosial yang mempunyai relevansi sosial keummatan. Muhammadiyah telah mereformasi sistem pendidikan dari yang bersifat tradisional menjadi modern berbasis teologi al-Ma’un tersebut.
Sistem pendidikan Muhammadiyah berorientasi kepada pembentukan kepribadian unggul, integritas moral, kompetensi kepemimpinan, dan pengembangan keterampilan sosial. Melalui sistem persekolahan dan pendidikannya, Muhammadiyah telah banyak melahirkan kader-kadernya untuk menjadi pemimpin bangsa.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, sistem Pendidikan Muhammadiyah didesain untuk menghasilkan ulama yang intelek dan intelek yang ulama; dan keduanya (intelek dan ulama) harus berkemajuan, berwawasan luas, berpikir strategis dan futuristik, mampu merespon persoalan dan perubahan zaman.
Aktualisasi teologi al-Ma’un dalam sistem Pendidikan Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan pendidikan bagi warga bangsa tanpa diskriminasi. Dengan spirit Islam rahmatan lil ‘alamin, sistem pendidikan Muhammadiyah didorong untuk berkontribusi mewariskan legasi peradaban dan karya-karya kemanusiaan yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.
Jadi, teologi al-Ma’un merupakan energi positif dan spirit transformatif yang menggerakkan Muhammadiyah dalam mengembangkan pelayanan kemanusiaan dan pencerdasan umat dan bangsa melalui sistem pendidikan yang unggul. Keunggulan utama sistem pendidikan terletak pada integrasi agama dan sains; integrasi iman, ilmu, dan amal shalih; dan integrasi iman, Islam, dan ihsan; sekaligus integrasi dzikir, pikir, dan aksi taghyir (transformasi) menuju khaira ummah yang didesain untuk melayani dan mengabdi untuk kemanusiaan, dengan menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Selain itu, keunggulan sistem pendidikan Muhammadiyah juga tercermin dalam peta jalan Islam wasathi atau wasathiyah al-Islam. Ideologi keagamaan Muhammadiyah selalu mengintegrasikan pemahaman integratif sekaligus moderat, bukan ekstrem dan radikal, antara ayat-ayat Qur’aniyyah, ayat-ayat kawniyyah dan ijtima’iyyah (semesta raya dan sosial) dalam bentuk kesalehan peradaban yang autentik, bukan sekadar retorika dan wacana belaka.
Gerakan literasi Muhammadiyah tidak hanya menyinari dan menginspirasi negeri, tetapi juga selalu memberi bukti nyata kesalehan autentik dan keteladanan faktual. Keunggulan sistem pendidikan Muhammadiyah juga terletak pada pengembangan model pendidikan holistik integratif dan dakwah pencerahan yang disinergikan dalam menumbuhkan indeks “melek” budaya literasi peradaban yang berkeadaban, menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berbasis teologi al-Ma’un pula, konsep dan aktualisasi Islam berkemajuan menghendaki integrasi dua model kritik sekaligus, yaitu kritik teks dan kritik konteks (realitas sosial) dengan senantiasa merespon perkembangan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) dan relevansi sosial keummatan.
Implikasinya, lulusan sistem pendidikan Muhammadiyah harus mampu menampilkan profil diri sebagai khaira ummah sekaligus ummatan wasathan (umat tengahan, umat moderat), Muhammadiyah selalu istiqomah sejalan dengan ajaran Islam dan selalu mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan umat dan bangsa. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah