PWMU.CO – Qunut Shubuh dalam Pandangan Muhammadiyah dibahas di Kuliah 30 menit bersama Ain Nurwindasari MIRKH, anggota LDK PP Muhammadiyah sekaligus guru SMP Muhammadiyah 12 GKB diikuti guru dan karyawan Spemdalas, Jumat (8/11/2024).
Dalam materinya, Ain sapaan akrabnya mengatakan di amal usaha muhammadiyah ini beragam. Saya sebagai guru dan kader, saya sadar banyak yang punya latar belakang yang tidak sama. Namun bisa saja yang tadinya bukan anggota muhammadiyah, karena bekerja di lingkungan Muhammadiyah kemudian bisa menjadi muhammadiyah yang militan.
“Namun ilmu jangan kita kotak-kotakkan, bagaimana manhaj muhammadiyah, bagaimana Islam bisa diterapkan sampai orang itu menjadi umat yang berkemajuan,” jelasnya.
Dia memaparkan, qunut itu sebuah ritual ibadah, di Muhammadiyah ada beberapa dokumen yang menjadi garis langkah Muhammadiyah, ada masailul khomsah, artinya masalah 5, agama, dunia, ibadah, sabilillah, alqiyas.
“Disebutkan di Masailul Khamsah, ibadah adalah sesuatu yang merupakan cara mendekatkan diri pada Allah, dengan cara melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-Nya dan melakukan apapun yang diijinkan Allah,” jelasnya.
Ibadah ada 2, umum dan khusus. Ibadah umum, segala sesuatu yang diizinkan, bermanfaat dan tidak menyia-nyiakan waktu. Orang yang beriman adalah orang yang berpaling dari yang sia-sia.
“Seiring berkembangnya waktu, bertindaknya kita lebih bermacam-macam, jadi kita harus bisa menilai sendiri apakah perbuatan itu bermanfaat apa tidak dan lakukanlah hal-hal yang bermanfaat saja,” katanya.
Kalau Ibadah Khusus adalah ibadah yang sudah ada batasan dan rinciannya, kapan dilaksanakan juga ditetapkan secara khusus.
“Dari sini ada yang namanya bid’ah atau tidak. Kalau keluar dari tuntunan al Quran dan hadits dan tidak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah maka hal tersebut menjadi bid’ah,” terangnya.
Qunut adalah tunduk kepada Allah dengan penuh kebaktian. Selain itu dari beberapa hadits, qunut juga bisa diartikan dengan thulul qiyam.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan tajdid karena berupaya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman yang selalu berubah. Dalam Muhammadiyah gerakan tajdid diwujudkan dengan pemurnian dan modernisasi.
“Kalau yang kita bahas ini termasuk pemurnian agama, dasar hadits yang bisa dipakai minimal makbul,” ucapnya.