Penulis: Silviyana Anggraeni (Aliansi Penulis Muhammadiyah Lamongan)
PWMU.CO – Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya. Baik sumber daya alamnya maupun manusianya. Sebagai negara tropis yang hanya memiliki dua musim, yakni musim penghujan dan kemarau, membuat tanah indonesia begitu subur.
Hingga jika sebuah batang kayu yang di lemparkan ke tanah, meski tanpa pemeliharaan dipastikan batang itu akan tumbuh menghasilkan bahan pangan yang kaya akan karbohidrat, dialah singkong. Selain memiliki potensi alam berupa tanah, Indonesia juga memiliki potensi lainnya seperti hutan, laut, air, udara, tambang dan pariwisata. Semua itu adalah anugerah dari Allah yang patut disyukuri oleh siapapun yang berada di dalamnya.
Segala potensi tersebut tidak serta merta hanya untuk dinikmati tetapi juga untuk dipelihara. Dan menurut kandungan Quran Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
“Dengan kata lain manusia adalah Khalifah Fil Ardhi. Yang diperintahkan oleh Allah menjaga bumi yang ditinggalinya. Secara garis besar tugas manusia sebagai Khalifah Fil Ardhi selain untuk beribadah, juga untuk menjaga lingkungan, menjaga keadilan, dan menjadi pemimpin.
Alih-alih menjadi Khalifah Fil Ardhi, dewasa ini justru tangan manusialah yang membuat kerusakan di muka bumi. Beberapa kerusakan alam yang disebabkan oleh aktifitas atau perbuatan manusia yang tidak ramah lingkungan diantaranya; Deforestasi atau penebangan hutan secara liar, pencemaran lingkungan (air, udara, tanah, laut).
Pemanasan global akibat pembakaran bahan bakar fosil. Pengambilan sumber daya alam secara berlebihan seperti penambangan pasir, timah, batu bara, emas. Penggunaan bahan perusak ozon dan pembakaran hutan. Kerusakan itu dilakukan dengan penuh kesadaran demi kepentingan matrealisme dan kapitalisme. Bahkan pesatnya kemajuan di bidang IPTEK tidak dibarengi kesadaran akan keberlanjutan lingkungan.
Setiap kerusakan yang dilakukan akan menimbulkan ketidakseimbangan alam Lalu datanglah akibat dari kerusakan tersebut seperti perubahan iklim (climate change), krisis lingkungan (environmental crisis) bahkan bencana alam seperti banjir, longsor, kebakaran dan lain-lain.