PWMU.CO – Namanya Suratemi guru yang mengabdi selama 37 tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Kini dia telah berpulang untuk selamnya, Sabtu (9/11/2024).
Hidup sebatang kara ia jalani di rumahnya kampung Setuli sebelah Tenggara Sendangagung, wanita lajang berusia 60 tahun dari pasangan Rekat dan Kasriah ini ditinggal ayahnya saat dia masih berusia tiga bulan di dalam kandungan ibunya, dan ibunya pun menyusulnya di tahun 2009.
Almarhumah yang lahir 5 Mei 1964 itu lahir di tangan dukun bayi desa tanpa pernah melihat wajah sang ayah. Suratemi kecil mulai mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Sendangagung tahun 1969-1975.
Karena faktor ekonomi yang ibunya hanya seorang pembantu rumah tangga (PRT) di rumah Hajah Kholifah memaksa dia harus cukup di pendidikan dasar (MIM Sendangagung) dan tidak mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya.
“Jangankan untuk sekolah, untuk makan tiap hari saja ibu saya sering mengalah tidak makan untuk mencukupi kebutuhan makan dua anaknya, pernah suatu hari satu piring nasi dimakan oleh dua anaknya sedangkan ibu hanya makan singkong rebus,” ceritanya saat masih hidup dengan pelafalan kata yang kurang jelas karena penyakit stroke yang dideritanya.
Sejak tahun 1982 wanita jebolan MIM itu mulai memperoleh suasana ceria dengan bergabung di TK ABA Sendangagung bersama rekannya; Baiah, Muhayati, Almarhumah Syamsun, Miwah Swasti, Zumaroh, Umi Rohmah dan Almarhumah Nismatin. Dengan dedikasinya yang tinggi profesi ini dijalaninya meskipun gajinya tiap bulan tidak cukup untuk membeli sebatang sabun mandi, tetap ia tekuni hingga tahun 2019 (37 tahun).
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Sendangagung Dra Hariyati SPd yang telah memimpin masa bakti 2010-2022. Menurutnya selain di TK ABA Suratemi juga aktif di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) Al Ikhlas yang ditempuhnya dengan jalan kaki setiap hari sepanjang 1 KM dengan medan jalan Sendangagung yang naik turun.
Sementara itu Kepala TK ABA Sendangagung Nor Zubaidah SPd SE membenarkan cerita Hariyati, bahkan bu suratemi itu tetap lantang suaranya ketika mengajar meski sedang menjalani puasa sunnah Senin Kamis.
Ika Fanani teman dekatnya menambahkan bahwa bu Suratemi memiliki tabiat baik selalu ingin berbagi dengan orang lain, dia sering menunjukkan empatinya kepada orang-orang disekitarnya dengan memberikaan uang semampunya.
“pernah suatu hari Janeeta Adiva (13 tahun) tiba-tiba girang penuh ceria dan bocah cilik yang polos itu bercerita pada ibunya bahwa dia dikasih uang jajan oleh bu suratemi 5000 Rupiah,” cerita istri Farella.