Laporan Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jawa Timur, Ria Pusvita Sari MPd.
PWMU.CO – Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK) menggelar Lokakarya Temu Penggerak Komunitas Belajar Kepala Sekolah. Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari di Hotel Ciputra Jakarta Barat, Kamis-Sabtu (7-9/11/2024).
PIC Program Komunitas Belajar pada Tim Pokja Pembelajaran Direktorat KSPSTK Hairun Nissa menyampaikan, sejumlah 62 kepala sekolah diundang dalam kegiatan ini. “Mereka yang terundang adalah para kepala sekolah yang aktif di komunitas belajar dan aktif dalam pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM),” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Ia menegaskan, fitur-fiturnya dipantau aktif di perangkat ajar, aksi nyata, komunitas, dan bukti karya. “Kegiatan ini merupakan advokasi penguatan substansi komunitas belajar kepala sekolah yang berfokus kepada murid sehingga peserta dapat mengimbaskan di satuan pendidikan masing-masing,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan ini merupakan apresiasi kepada penggerak komunitas belajar kepala sekolah yang sudah aktif dan semangat melakukan pengimbasan terkait pemanfaatan PMM. “Akan dilakukan refleksi bagaimana seharusnya penggerak komunitas belajar khususnya dari kepala sekolah yang sudah terseleksi,” ungkapnya.
Pada kegiatan ini juga dibahas alat bantu komunitas belajar, proses apresiasi inkuiri, refleksi, dan rencana tindak lanjut.
Direktur Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK) Dr Kasiman SPd ST MM berkesempatan membuka kegiatan. “Saya yakin yang diundang ke Jakarta, mau ganti apa nama kurikulumnya gak masalah, tetap bergerak, tetap menggerakkan, tetap berbagi praktik-praktik baiknya,” ujarnya tegas, Kamis (7/11/2024).
Ia mengingatkan, fenomena ganti menteri, ganti kepala sekolah, atau ganti jabatan itu hal yang biasa. “Kita harus siap dengan segala perubahan. Perubahan itu hal yang biasa dan kita harus adaptif. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang tidak berubah,” ungkapnya memotivasi para kepala sekolah.
Menurutnya, apa yang sudah baik harus dilanjutkan dan ditingkatkan, jangan dihentikan. “Bapak ibu terpilih dan terekam sudah berbagi praktik baik. Orang dipanggil ke Jakarta tidak ujug-ujug (baca: tiba-tiba), jadi berbuat baiklah, unggah di PMM. Sekarang menggunakan istilah rekam jejak atau data base-nya,” kata dia.
Ia menjelaskan tiga tipe orang dalam suatu lembaga. Pertama tipe militan. Ini hanya 15 persen, yaitu yang mau maju bertransformasi. “Tipe ini mau akan perubahan, welcome, adaptif, dan selalu merasa tidak ada zona nyaman. Mereka akan selalu ingin lebih baik dan punya inisiatif,” ujarnya.
Kedua, tipe orang yang masa bodoh, sejumlah 75 persen. “Ngapain ikut pelatihan, cari tugas, cari masalah, padahal pulang tinggal selonjoran. Gak perlu ikut online ngerjakan tugas. Cenderung materialistik. Dapat apa ikut guru penggerak, dapat tunjangan apa, dan lain-lain,” ungkapnya disambut tawa peserta.
Tapi orang ini, lanjut Kasiman, hanya butuh bukti. “Jadi kalau yang 15 persen itu bermanfaat, maka mereka yang 75 persen ini akan ikut yang 15 persen. Orang yang menunggu bukti, tidak punya inisiatif,” tegasnya.
Ketiga, tipe orang yang anti perubahan, bahkan menjelekkan. Ini jumlahnya 5 persen. “Halah, nanti menteri ganti, juga ganti lagi kurikulumnya. Ini yang kontraproduktif dengan kemajuan. Bahkan orang tipe ini keberadaannya tidak diharapkan. Suka ngompori yang lain,” kata dia.
Kasiman mengingatkan, kita harus sadar bahwa program sebaik apa pun pasti ada yg mengkritisi. “Dan itu bagian dari refleksi untuk perbaikan, jangan ditentang. Dinikmati aja diambil manfaatnya, perbaikannya apa,” ujarnya.
Ia meyakinkan peserta, tidak ada program yang tidak baik. “Tinggal bagaimana kita sebagai kepala sekolah dan guru menyiapkannya. Hadapi dan adaptif,” tegasnya. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah