Oleh: Vionita Sukma
PWMU.CO – Fenomena Burnout guru semakin menjadi perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara tekanan untuk memenuhi persyaratan kurikulum terus meningkat, banyak guru mengalami tekanan administrasi yang berlebihan. Kondisi ini berdampak pada kesejahteraan psikologis guru dan mengancam kualitas pendidikan siswa.
Tanggung jawab administratif yang berlebihan seringkali menyebabkan guru lelah atau lelah emosional.
Guru tidak hanya harus mengajar, tetapi mereka juga harus membuat rencana pembelajaran, mengelola kelas, dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler.
Meskipun demikian, mereka seharusnya lebih banyak meluangkan waktu untuk menyiapkan materi pembelajaran yang relevan dan kreatif. Selain itu, perubahan kurikulum yang sering terjadi menambah beban bagi guru. Biasanya, setiap perubahan kurikulum diikuti dengan kewajiban untuk
mengikuti pelatihan baru.
Sementara itu, pelaksanaan di lapangan seringkali tidak diimbangi dengan sumber daya yang memadai. Akibatnya, guru sering harus “berjuang sendiri” dalam menerjemahkan kebijakan ke dalam praktik kelas.
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan. Pertama, pengurangan beban administrasi melalui sistem digitalisasi yang lebih terintegrasi dapat meringankan tugas guru.
Dengan memanfaatkan teknologi, proses pengumpulan data dan pelaporan dapat lebih efisien, sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada pengajaran.
Kedua, pemerintah dan pihak sekolah perlu lebih realistis dalam menentukan target dan beban kerja guru. Penetapan standar kurikulum yang fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan lokal bisa menjadi salah satu solusi agar guru tidak merasa tertekan dengan tuntutan pencapaian yang kaku.
Ketiga, pentingnya dukungan kesejahteraan mental bagi guru. Penyediaan konseling atau program kesehatan mental di sekolah bisa menjadi langkah preventif untuk mencegah burnout.
Selain itu, menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan mendukung antara guru juga dapat membantu mengurangi stres yang mereka alami. Burnout bukanlah hal yang bisa diabaikan, terutama di bidang pendidikan.
Guru yang kelelahan tidak akan mampu memberikan performa terbaiknya di kelas. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan guru, karena mereka adalah ujung tombak kualitas pendidikan anak-anak bangsa.
Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun