Salah satu adegan pertunjukan Pencak Macan oleh Mentari Budaya SD Mugres. (Alfian Mufthi Yafi/PWMU.CO).
PWMU.CO – Sabtu malam (26/10/2024), Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Jalan Pahlawan, Gresik, Jawa Timur, terpadati masyarakat yang antusias menyaksikan Pencak Macan, pertunjukan kesenian khas Gresik.
Pertunjukan ini terbawakan oleh para siswa grup Mentari Budaya SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres) Kampus A.
Acara tersebut terselenggara atas kerja sama antara SD Mugres dengan Ludruk Sinar Pesisir (Ludruk SP), Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik, serta Dewan Kebudayaan Gresik (DKG).
Asal Usul Pencak Macan
Malam itu, Gedung GNI terpadati masyarakat dari berbagai kalangan, yang datang untuk menyaksikan cerita Pencak Macan yang sarat nilai sejarah.
Tarian dan gerakan bela diri Tapak Suci yang dipadu dengan seni peran ini membawakan cerita asal-usul Pencak Macan, yang terinspirasi dari kisah kehidupan di Desa Klating.
Cerita ini mengisahkan penduduk Desa Klating yang mulai terbiasa mengonsumsi daging celeng. Mereka percaya hal itu sebagai dampak karma setelah beberapa dari mereka mengeroyok salah satu santri Sunan Prapen hingga tewas.
Melihat kondisi tersebut, Pangaskarta (Kiai Sindujoyo muda), salah seorang tokoh yang dihormati, berupaya mencari solusi. Bersama adik seperguruannya, Iman Sujono, Pangaskarta melakukan pertapaan di Gua Sigala-gala untuk mendapatkan petunjuk.
Dalam pertapaannya, mereka menghadapi gangguan dari berbagai makhluk halus penghuni gua, termasuk macan, monyet, dan genderuwo. Para makhluk ini menjadi liar, tetapi pada akhirnya berhasil terjinakkan oleh seorang pendekar.
Kisah ini memberikan pesan moral tentang pentingnya menghilangkan sifat angkara murka dari dalam diri untuk menghadapi persoalan hidup dan menemukan jati diri sejati.
Keterlibatan Aktif Para Pelajar dalam Seni Tradisi
Dengan dimainkan oleh 44 anak yang tergabung dalam Grup Mentari Budaya SD Mugres Kampus A dan anggota Ekstrakurikuler Teater SD Mugres Kampus A. Anak-anak ini berperan sebagai pemain peran, pemain pencak macan, serta pengrawit atau pengiring musik.
Para penata laku yang terdiri dari A. Purnama, Vicky Firmansyah, dan Tio Satrio berhasil memadukan unsur tarian, bela diri, dan seni peran, yang membuat penonton larut dalam alur cerita.
Kepada PWMU.CO, Penata Karawitan Rijal Faris AW, mengungkapkan bahwa penampilan karawitan dari para pengrawit muda ini menunjukkan antusiasme dan bakat luar biasa. Pertunjukan ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga upaya menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi dan budaya khas Gresik.
“Kami sangat bangga melihat anak-anak ini, mereka tidak hanya belajar bermain peran dan teknik musik. Tetapi juga belajar memahami makna di balik setiap nada yang mereka mainkan. Ini adalah proses yang luar biasa dalam pelestarian budaya,” ujar Rijal Faris AW.
Selain penampilan grup etnik Sandhya Gresik, pementasan Pencak Macan ini menjadi pembuka untuk pertunjukan Ludruk Sinar Pesisir (Ludruk SP), sebuah grup ludruk di Gresik. Malam itu juga Ludruk SP mementaskan lakon Karsaning Jaka Samudra (baca link berikut).
Pentingnya Keterlibatan Generasi Muda
Kepala SD Mugres Kampus A Luluk Subaidah SPi SPd, menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan seni budaya lokal.
“Melalui pertunjukan ini, kami berharap anak-anak dapat mencintai budaya lokal, serta memiliki kesadaran untuk melestarikan budaya yang menjadi warisan leluhur mereka,” tutur Luluk.
Ia juga berharap agar kegiatan seperti ini bisa menjadi rutinitas dan dukungan dari berbagai pihak semakin meningkat untuk memajukan seni tradisi di Gresik. Menurutnya, seni tradisi seperti Pencak Macan bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pendidikan karakter yang baik bagi generasi muda.
Luluk menambahkan bahwa pertunjukan ini menjadi bukti nyata bagaimana seni budaya dapat menjadi alat untuk memperkenalkan dan melestarikan nilai-nilai tradisi kepada generasi muda.
“Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak dalam acara ini juga menunjukkan semangat gotong royong masyarakat Gresik dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal,” pungkas Luluk.
Berdasar pantauan PWMU.CO, dengan akses gratis untuk umum, pertunjukan ini berhasil menarik perhatian banyak warga, termasuk para wali murid SD Mugres. Antusiasme warga untuk menyaksikan acara ini terlihat dari padatnya Gedung GNI hingga akhir acara.
Penonton, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, sangat menikmati setiap adegan yang tersajikan oleh para siswa SD Mugres. Mereka menyambut hangat kolaborasi seni budaya tersebut. (*)
Penulis Abizar Purnama, Editor Danar Trivasya Fikri