PWMU.CO – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, dalam lawatannya ke Tiongkok, mencapai kesepakatan untuk memperkuat kerja sama strategis bilateral di tujuh bidang, (9/11/2024).
Kesepakatan ini mencakup sektor-sektor penting seperti perikanan, sumber daya mineral, hingga ekonomi biru, yang diharapkan mampu mendukung pembangunan dan pertumbuhan berkelanjutan bagi kedua negara.
Di antara tujuh bidang yang disepakati, poin mengenai blue economy atau ekonomi biru menjadi sorotan utama publik.
Kerja sama ini, yang diteken oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bertujuan untuk memanfaatkan potensi kelautan secara optimal dan berkelanjutan.
Dr. Kumara Adji Kusuma, pakar ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menilai bahwa komitmen ini akan memberikan dampak positif yang luas bagi ekonomi kelautan Indonesia.
“Kerja sama ini melibatkan investasi Tiongkok dalam sektor maritim Indonesia, mencakup pengembangan pelabuhan, pariwisata bahari, teknologi perikanan, industri hilirisasi produk kelautan seperti pengolahan makanan laut dan biofarmasi, hingga pemanfaatan energi laut terbarukan seperti fotovoltaik, tenaga angin, dan pasang surut laut,” ujar Dr Kumara.
Ia juga menyampaikan bahwa kerja sama di bidang ekonomi biru diharapkan dapat meningkatkan infrastruktur kelautan Indonesia sekaligus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ini.
Dengan pendekatan ekonomi biru, Indonesia berupaya menjaga keseimbangan antara manfaat ekonomi dan keberlanjutan ekosistem laut.
Memahami Ekonomi Biru dan Tujuan Kerja Sama
Dr Kumara menjelaskan bahwa blue economy merupakan konsep ekonomi yang menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Melalui kerja sama ini, sektor perikanan, pariwisata bahari, energi laut seperti gelombang dan angin laut, serta bioteknologi kelautan akan dioptimalkan sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat dan negara.
Presiden Prabowo menyatakan kebanggaannya atas pencapaian ini dan menegaskan pentingnya kemitraan strategis antara Indonesia dan Tiongkok.
“Ini adalah pencapaian yang sangat signifikan dalam hubungan kita, mencerminkan kemitraan strategis yang komprehensif yang telah kita bangun selama lebih dari satu dekade,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Dampak Positif Kerja Sama Ekonomi Biru bagi Indonesia
Dr Kumara merinci beberapa manfaat yang dapat dirasakan Indonesia dari kerja sama ekonomi biru ini. Salah satunya adalah percepatan pembangunan infrastruktur kelautan, termasuk pelabuhan, pusat perikanan terpadu, dan fasilitas energi laut.
Infrastruktur ini akan memperlancar mobilitas barang dan jasa di lautan Indonesia, menekan biaya logistik, dan menggerakkan roda ekonomi dengan lebih efisien.
“Selain itu, kerja sama ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengadopsi teknologi baru dari Tiongkok, seperti teknologi perikanan modern dan energi terbarukan dari laut. Teknologi ini penting agar kita bisa memanfaatkan potensi laut secara optimal namun tetap berkelanjutan,” tambah Dr. Kumara.
Ia juga menyoroti dampak positif kerja sama ini terhadap penciptaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi lokal di wilayah pesisir.
Berbagai proyek di sektor perikanan, pariwisata bahari, dan energi terbarukan akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal, menciptakan peluang kerja baru, dan menambah pendapatan.
Selain aspek ekonomi, kerja sama ini juga akan memperkuat pengawasan dan perlindungan terhadap kekayaan laut Indonesia.
“Dengan lebih banyak investasi dan teknologi, kita bisa mengurangi aktivitas penangkapan ikan ilegal serta memperkuat perlindungan terhadap kekayaan laut yang sangat berharga bagi negara ini,” tegasnya.